sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Gonjang Ganjing Utang Amerika Serikat, Perlukah RI Khawatir?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
05/05/2023 07:30 WIB
Amerika Serikat (AS) terancam gagal membayar utang jatuh tempo atau default pada awal Juni mendatang.
Gonjang Ganjing Utang Amerika Serikat, Perlukah RI Khawatir? (Foto: MNC Media)
Gonjang Ganjing Utang Amerika Serikat, Perlukah RI Khawatir? (Foto: MNC Media)

Tetapi jika kebuntuan berlanjut selama enam minggu, maka lebih dari 7 juta pekerjaan akan hilang, tingkat pengangguran akan melonjak di atas 8% dan ekonomi akan turun lebih dari 4%. Tak hanya itu, efeknya masih akan terasa satu dekade dari sekarang.

“Ini akan menjadi pukulan telak bagi perekonomian, dan itu akan menjadi krisis manufaktur,” kata ekonom Moody's, Bernard Yaros.

Potensi Dampak buat RI

Kondisi potensi default di AS tidak serta merta memberi dampak langsung buat Indonesia.

Meski demikian, ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teuku Riefky melihat default di AS akan merembet ke pasar negara emerging market termasuk Indonesia.

"Kita belum tahu seberapa besar kemungkinan AS akan default. Walaupun dalam risiko yang sangat kecil, dampaknya akan besar ke sistem keuangan global baik dari sisi ketidakpastian maupun tingkat bunga yang akan melonjak tinggi karena resikonya akan sangat tinggi," kata Riefky, mengutip Katadata.co.id.

Minat investor asing ke pasar keuangan RI juga terpantau meningkat. Terlihat dari aliran modal asing yang cukup deras masuk ke pasar keuangan domestik meskipun jam perdagangan terhenti karena libur Lebaran.

Minat asing yang tinggi disinyalir karena kekhawatiran soal isu gagal bayar utang AS.

Bank Indonesia (BI) mencatat investor asing beli neto Rp 6,02 triliun di pasar keuangan domestik hanya dalam kurun dua hari perdagangan 26-27 April.

Modal asing ini masuk ke pasar SBN sebesar Rp 3,8 triliun dan pasar saham Rp 2,21 triliun.

Mengutip data Kementerian Keuangan, kepemilikan SBN domestik yang dapat diperdagangkan oleh investor non-residen atau asing per sektor maturity mencapai Rp820,93 triliun per Maret 2023. Angka ini meningkat dibanding bulan Februari 2023 dengan kepemilikan sebesar Rp804,32 triliun. (Lihat tabel di bawah ini.)

Dengan demikian, aksi beli neto d pasar keuangan domestik sudah mencapai Rp 74,36 triliun sedari awal tahun.

Ini menjadi sinyal bagus bagi pasar keuangan RI, ditambah karena kondisi utang dan fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan sebagian besar negara maju.

Tercatat utang luar negeri Indonesia pada Februari 2023 juga turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Februari 2023 tercatat sebesar USD400,1 miliar, turun dibandingkan posisi Januari 2023 sebesar USD404,6 miliar.

Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan utang sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) maupun sektor swasta.

Sementara ekonomi Indonesia masih terpantau baik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi April 2023 sebesar 4,33%. Meskipun angka ini lebih tinggi dibandingkan periode April 2022 sebesar 3,47%, namun level ini masih dalam status terkendali.

Meski demikian, kondisi ekonomi global tidak bisa dianggap enteng karena saat ini pasar cukup reaktif dengan perkembangan utang AS. (ADF)

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement