IDXChannel - Ekspor barang India ke AS naik 14,5 persen untuk pertama kalinya pada Oktober 2025, meskipun tarif tinggi Donald Trump masih berlaku.
Dilansir dari laman BBC Selasa (18/11/2024), sebelumnya ekspor ke pasar luar negeri terbesar India menurun tajam bulan lalu setelah tarif 50 persen AS terhadap India (termasuk penalti 25 persen untuk pembelian minyak Rusia) berlaku pada 27 Agustus. Namun kembali meningkat pada Oktober.
Data yang membaik ini muncul ketika perusahaan minyak milik India sepakat untuk mengimpor lebih banyak gas alam cair (LPG) dari AS dan Trump pun membebaskan banyak barang pertanian dari tarif timbal balik sehingga dapat menguntungkan India.
Sementara itu, negosiasi untuk kesepakatan perdagangan antara kedua negara sedang berlangsung, dengan seorang pejabat India mengatakan bahwa aspek-aspek kunci dari kesepakatan tersebut hampir selesai sehingga lonjakan ekspor ke AS terjadi.
"Sektor-sektor bebas tarif seperti ponsel pintar dan farmasi berkinerja lebih baik, meskipun ini masih merupakan asumsi tentatif," kata Ajay Srivastava dari Global Trade Research Initiative (GTRI), sebuah lembaga riset yang berbasis di Delhi. Meskipun terjadi pemulihan pada bulan Oktober, pengiriman India ke AS telah turun hampir 28,4 persen antara Mei dan Oktober.
Saat ini, ketegangan perdagangan antara kedua negara tampaknya berangsur mereda setelah berbulan-bulan muncul ketidakpastian. Bahkan, pada hari Senin, India mengatakan telah menyelesaikan kesepakatan besar pertama yang akan memungkinkan perusahaan minyak milik negaranya untuk mendapatkan sekitar 10 persen kebutuhan LPG dari AS.
Menteri Perminyakan Hardeep Singh Puri menyebut keputusan tersebut sebagai perkembangan bersejarah. Dia mengatakan pasar LPG terbesar dan dengan pertumbuhan tercepat di dunia kini telah terbuka untuk Amerika Serikat.
Pemerintahan Trump telah mendesak Delhi untuk meningkatkan pembelian produk minyak bumi AS dan mengurangi ketergantungannya pada minyak Rusia. India pun menjadi salah satu pasar terbesar minyak Rusia, karena negara-negara Barat memberlakukan sanksi terhadap Moskow setelah perang Ukraina dimulai pada tahun 2022.
Sebelumnya pada tahun lalu, India membeli minyak mentah Rusia senilai USD52,7 miliar atau sekitar 37 persen dari total tagihan minyaknya. Tetapi Trump telah berulang kali menegaskan bahwa negara tersebut telah setuju untuk mengurangi pembeliannya namun hal itu belum dikonfirmasi secara resmi oleh India.
Delhi pun saat ini berada di ambang dilema diplomatik terkait impor energi, karena Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi Delhi awal bulan depan untuk menyelesaikan beberapa perjanjian dan proyek, menurut laporan lokal.
Namun, perundingan perdagangan antara India dan AS yang terhenti selama berbulan-bulan karena penolakan Delhi untuk memangkas impor minyak Rusia kini tampaknya berjalan cepat meskipun demikian.
Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada surat kabar The Hindu bahwa fase pertama kesepakatan perdagangan hampir selesai.
India juga akan diuntungkan oleh keputusan AS untuk mencabut tarif timbal balik atas produk pertanian tertentu seperti teh, kopi, dan rempah-rempah. Ini merupakan sebuah langkah yang menurut para analis akan membebaskan bea masuk dari ekspor pertanian India ke AS senilai sekitar USD1 miliar.
(kunthi fahmar sandy)