“Perubahan iklim diperkirakan akan mengurangi empat hingga 18 persen dari PDB global pada 2050. Sementara di ASEAN, diperkirakan akan kehilangan empat sampai 37 persen PDB-nya,” tutur Airlangga.
Menurut Airlangga, transisi menuju masa depan yang berkelanjutan adalah kunci kemakmuran, ketahanan dan bahkan kelangsungan kawasan. Karenanya, agenda dekarbonisasi sudah seharusnya tidak hanya menjadi milik pemerintah, melainkan juga harus menjadi upaya bersama yang turut melibatkan sektor swasta dan masyarakat yang paling terkena dampak perubahan iklim.
“Kita perlu mengarusutamakan agenda keberlanjutan di setiap lini kebijakan kita berdasarkan komitmen pada Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” ungkap Airlangga.
Saat ini, Airlangga menjelaskan, ASEAN telah memulai inisiatif tersebut melalui program netralitas karbon yang akan menjadi dasar untuk Visi Hijau ASEAN pasca 2025.
“Pengembangan strategi ASEAN dalam netralitas karbon harus mempertimbangkan perlunya transisi yang adil dan teratur serta memastikan bahwa tidak ada satupun negara anggota yang tertinggal,” papar Airlangga.