sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Hampir 10 Juta Menganggur, Ini Peran Penting Gen Z buat Ekonomi

Economics editor Maulina Ulfa
21/05/2024 17:22 WIB
Gen Z sendiri adalah istilah untuk menggambarkan generasi yang lahir pada rentang 1997 hingga 2012 yang saat ini berusia 12 hingga 27 tahun.
Hampir 10 Juta Menganggur, Ini Peran Penting Gen Z buat Ekonomi. (Foto: Freepik)
Hampir 10 Juta Menganggur, Ini Peran Penting Gen Z buat Ekonomi. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Dunia maya riuh dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET) per Agustus 2023.

Dari angka hampir 10 juta tersebut, 5,73 juta orang merupakan perempuan muda sedangkan 4,17 juta orang tergolong laki-laki muda.

Mereka adalah potret Generasi Z alias Gen Z yang diharapkan bisa produktif. Gen Z sendiri adalah istilah untuk menggambarkan generasi yang lahir pada rentang 1997 hingga 2012 yang saat ini berusia 12 hingga 27 tahun.

Merespon hal ini, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan, penyebab utama tingginya angka pengangguran pada Gen Z adalah mereka yang masih mencari dan belum kunjung mendapat pekerjaan.

"Jika merujuk data, pengangguran terbuka saat ini didominasi oleh anak usia 18 hingga 24 tahun. Itu biasanya mereka sedang mencari pekerjaan," kata Ida pada rapat kerja (raker) dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Senin (20/5/2024).

Potret ini diperkuat dengan hasil survei Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan bahwa ekspektasi atas ketersediaan lapangan kerja dalam waktu 6 bulan mengalami penurunan di awal 2024 lalu.

Dalam survei Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan kerja BI keyakinan masyarakat untuk dapat kerja dalam 6 bulan di 2024 turun menjadi 129,9 di Desember 2023 dari 131,4 pada November 2023.

“Konsumen juga memperkirakan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang mengalami penurunan,” tulis BI dalam laporannya, pada 9 Januari 2024.

Secara perinci, perkiraan yang menurun ini terjadi untuk seluruh kelompok usia.

Isu Produktivitas dan Potensi Ekonomi Gen Z

Struktur penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk 2020, didominasi oleh penduduk usia muda, dengan komposisi Gen Z sebesar 27,94 persen dari total 270,2 juta populasi di Tanah Air. 

Sementara Milenial, sebanyak 25,87 persen dari total populasi. Ini menunjukkan persoalan pengangguran kelompok usia ini menjadi persoalan serius. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Melansir Jurnal Ekonomi Indonesia berjudul Generasi Z dan Transisi Pekerja Blue-Collar: Tantangan di Tengah Pandemi, Gen Z adalah generasi spesial yang lahir dengan teknologi yang berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Namun, masih terdapat generasi ini yang belum berani menanggung risiko untuk bekerja di tengah pandemi.

Mengingat, Gen Z kini juga lebih familiar dengan gig worker alias kerja fleksibilitas, upah lebih tinggi, dan memilih pekerjaan yang dapat memberi kebahagiaan untuk mereka.

Mereka juga digambarkan sering kali mengalami kebingungan dalam menentukan arah karir.

Visual Capitalist baru-baru ini melaporkan kesenjangan kekayaan generasi yang menganga di Amerika Serikat.

Saat ini, generasi silent dan baby boomer yang merupakan angkatan usia 60 ke atas menyumbang 70 persen dari seluruh kekayaan rumah tangga di AS.

Namun, hadirnya Gen Z siap untuk mematahkan tren tersebut.

“Di antara semua kelompok generasi, kekuatan ekonomi Gen Z adalah yang paling cepat meningkat,” kata Andrea Chapman manajer pemasaran untuk Nature and Bloom dikutip Yahoo Finance 2021 lalu.

Chapman mengatakan, saat Gen Z memasuki dunia kerja, pendapatan mereka diperkirakan akan meningkat lebih dari lima kali lipat menjadi USD33 triliun pada 2030, yang mencakup lebih dari seperempat PDB global, dan melampaui pendapatan generasi milenial pada 2031.

Namun, kasus ini adalah proyeksi bagi Gen Z AS. Dengan segudang persoalan ketenagakerjaan seperti pengangguran Gen Z di Indonesia, penting untuk segera merangkul generasi ini agar berkontribusi dalam peningkatan ekonomi dalam negeri.

Jika menurut catatan BPS, jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Februari 2024 sebanyak 149,38 juta orang, naik 2,76 juta orang dibanding Februari 2023.

Selain itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Tanah Air juga naik sebesar 0,50 persen poin dibanding Februari 2023.

Penduduk yang bekerja pada Februari 2024 sebanyak 142,18 juta orang, naik sebanyak 3,55 juta orang dari Februari 2023.

Belum lagi persoalan produktivitas yang kini masih menjadi momok dunia ketenagakerjaan di Indonesia.

Dari sisi produktivitas, pada 2022, tingkat produktivitas tenaga kerja awal di Indonesia mencapai sekitar 86,55 juta rupiah per pekerja.

Jumlah tersebut mengalami penurunan pada 2020, namun secara bertahap meningkat sejak saat itu.

Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu indikator perekonomian penting yang sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Adapun menurut data CEIC, Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia turun sebesar 1,63 persen secara tahunan (yoy) per Desember 2023, dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 2 persen pada tahun sebelumnya.

Sepanjang 2001 hingga 2023, Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia rata-rata hanya sebesar 2,94 persen.

Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia mencapai angka tertinggi sebesar 5,56 persen pada 2013 dan rekor terendah sebesar -3,54 persen pada 2020 karena adanya pandemi Covid-19.

Studi ASEAN berjudul Regional Study on Labour Productivity in ASEAN 2021 menunjukkan produktivitas pekerja Indonesia berada di posisi enam dari 10 negara di angka USD23,89 ribu per pekerja.

Adanya Gen Z bisa menjadi potensi ekonomi bagi Indonesia, terutama di sisi produktivitas dan daya saing.

Cara kerja Gen Z yang lebih fleksibel juga bisa merubah lansekap produktivitas perekonomian dalam negeri. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement