sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Batu Bara Diproyeksi Masih Melejit, Ini Faktornya

Economics editor Rizky Fauzan
12/10/2022 11:27 WIB
Batu bara menjadi salah satu komoditas yang harganya kemungkinan masih akan tetap tinggi untuk beberapa waktu ke depan.
Harga Batu Bara Diproyeksi Masih Melejit, Ini Faktornya (Foto: MNC Media)
Harga Batu Bara Diproyeksi Masih Melejit, Ini Faktornya (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Batu bara menjadi salah satu komoditas yang harganya kemungkinan masih akan tetap tinggi untuk beberapa waktu ke depan.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, demand harga batu bara masih akan melejit sepanjang masih ada krisis energi di belahan bumi Eropa, tingginya harga minyak dunia serta belum berakhirnya perang Rusia-Ukraina.

Meski banyak negara sedang gencar menuju green energy tapi kebutuhan energi yang stabil masih tinggi. 

"Saat ini salah satu kelemahan dari EBT seperti solar panel, energi angin adalah intermitten. Hal ini yang membuat kebutuhan akan energi fosil masih cukup tinggi termasuk dari batu bara ini," kata Mamit saat dihubungi MNC Portal, Rabu (12/9/2022).

Dia menambahkan, ekonomi global yang masih baru berjalan pasca pandemi membutuhkan energi yang murah dan jumlahnya cukup banyak. 

"Meskipun tahun 2023 diprediksi dunia akan resesi, tapi saya melihat kebutuhan akan batu bara akan cukup tinggi. Meskipun akan turun, tapi tidak akan drastis turunnya," tambahnya.

Sebagaimana diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan konflik geopolitik antara Rusia dengan Ukraina yang belum mereda menyebabkan harga batu bara masih tetap tinggi pada tahun depan.

"Tahun 2023, diperkirakan proyeksi harga batu bara akan tetap tinggi karena konflik masih belum ada kepastian," ujarnya dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta.

Harga batu bara yang tinggi juga disebabkan oleh peningkatan permintaan dari India dan China untuk pemenuhan batu bara mereka, serta dampak dari keputusan Uni Eropa yang secara bertahap mengurangi penggunaan batu bara akibat tingginya harga gas dari pasokan Rusia dampak konflik geopolitik tersebut.

Arifin menuturkan bahwa pemerintah Indonesia telah mengatur kewajiban domestic market obligation (DMO) bagi pemegang PKP2B, IUP, dan IUPK batu bara untuk menjaga pasokan batu bara dalam negeri.

Aturan itu tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 yang mengamanatkan kebijakan nasional pengutamaan mineral dan batu bara untuk kepentingan dalam negeri.

Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang kebijakan energi Nasional yang mengamanatkan prioritas batu bara sebagai sumber energi dan jaminan pasokan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri.

Kemudian, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara yang mengutamakan kebutuhan batu bara dalam negeri. Kegiatan ekspor dapat dilakukan setelah kebutuhan di dalam negeri terpenuhi.

Aturan lainnya juga tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2020 yang mengamanatkan pemegang IUP dan IUPK wajib mengutamakan pemenuhan kebutuhan mineral dan batu bara dalam negeri dan bagi pemegang IUP dan IUPK yang melanggar akan dikenakan sanksi administratif.

Selain itu, ada juga Keputusan Menteri Nomor 139 Tahun 2021 yang mewajibkan IUP, IPUK, dan PKP2B memenuhi DMO sebesar 25 persen dari rencana produksi yang disetujui dan ketentuan harga jual batu bara untuk kelistrikan umum sebesar 70 dolar AS per ton, serta pengaturan sanksi pelarangan ekspor denda dan pengenaan dana kompensasi.

(DES)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement