IDXChannel - Harga batu bara terus melonjak tanpa ampun pada perdagangan Jumat siang (25/2/2022).
Berdasarkan data di pasar ICE Newcastle, harga batu bara kontrak Maret 2022 naik 14,27% di USD271 per ton dari sebelumnya di USD237,15 per ton. Kinerja tersebut menambah kenaikan lima hari terakhir menjadi 33,04%.
Kontrak batu bara April 2022 melesat 16,45% di USD247,00 per ton. Adapun selama lima hari terakhir, harga kontrak ini telah naik 36,54%.
Sementara kontrak batu bara Mei 2022 melejit 17,16% di USD228,00 per ton, dan menambah penguatan hampir sepekan terakhir sebesar 37,35%.
Sanksi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa terhadap Rusia baru-baru ini menjadi berkah bagi komoditas batu bara. Sebab, pemakaian energi fosil ini akan kembali dipertimbangkan apabila pasokan energi gas dari Rusia terputus.
Indonesia sebagai salah satu eksportir baru bara terbesar dunia juga dinilai bakal mendapat benefit dari kenaikan harga komoditas 'batu hitam' tersebut.
"Kita tahu bahwa Indonesia adalah salah satu negara terbesar untuk ekspor nikel, kemudian batu bara, kemudian timah, ini akan menopang ekonomi makro Indonesia," kata Direktur PT TRFX Berjangka Ibrahim Assuaibi, kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (24/2/2022).
Seperti diketahui, Rusia merupakan pemasok terbesar gas alam di Eropa. Data Refinitiv juga menunjukkan Negeri Beruang Merah juga pemasok batu bara di Eropa.
Ketika harga gas naik dan sanksi diterbitkan, maka perusahaan di Eropa kemungkinan akan cenderung beralih ke batu bara, di tengah upaya mereka menggencarkan pemakaian energi baru terbarukan (EBT).
Berdasarkan data Braemar ACM dari data logistik perkapalan, pada Jumat (4/2), pengangkutan batu bara ke Eropa naik 55,8% pada Januari 2022 dibandingkan tahun lalu, menjadi 10,8 juta ton. Dari angka tersebut Rusia memasok 43,2% batu bara, sementara Australia menyediakan 19,1%,
Impor batubara Uni Eropa juga meningkat pada Desember 2021 sebesar 35,1% yoy menjadi 9,3 juta ton.
Secara keseluruhan, pengiriman batu bara termal dari Rusia ke Eropa mengalami kenaikan, yang sebagian besar dikirim ke Jerman, Belgia dan Belanda, juga naik menjadi 31,1 juta ton, meningkat 16,2% yoy.
Apabila embargo ekonomi terpaksa menghentikan perdagangan negara-negara adidaya, maka Eropa kemungkinan akan mencari alternatif di sejumlah pasar, seperti AS, Asia, hingga Australia.
"Sehingga apa, sehingga akan berdampak sangat luar biasa, walaupun perangnya di Eropa Timur, tetapi yang menikmati hasil di Asia Tenggara, yaitu di Indonesia," jelas Ibra. (TIA)