IDXChannel - Harga minyak dunia kembali melemah di awal perdagangan sesi Asia, setelah sebelumnya telah merosot selama dua minggu berturut-turut. Hal tersebut terjadi usai adanya rencana pelepasan minyak mentah dari stok strategis dan faktor lockdown Kota Shanghai di China akibat angka Covid-19 yang tinggi.
Tepat pada hari ini (Senin, 11/4/2022) pukul 06.30 WIB, harga minyak mentah jenis Brent turun 1 dolar AS, menjadi 101,72 dolar AS per barel untuk pengiriman Juni 2022. Sebelumnya, minyak Brent juga telah turun sebanyak 1,5 persen. Di saat yang sama, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) merosot ke 97,23 dolar AS per barel untuk pengiriman Mei 2022, setelah sebelumnya WTI juga anjlok sebesar satu persen. Kedua minyak tersebut berada dalam tolok ukur paling fluktuatif sejak Juni 2020 lalu.
Tahun 2021, data menunjukkan bahwa harga minyak mentah meroket sepanjang tahun. Lonjakan ini didukung tingginya permintaan yang naik lantaran pelonggaran aturan mobilitas masyarakat. Pada awal Januari saja, minyak mentah dunia sudah mengalami kenaikan. Dikutip dari KataData, minyak Brent bergerak pada kisaran terendah 89,23 dolar AS per barel dan tertinggi 89,81 dolar per barel, sementara minyak mentah WTI naik 1,5 persen dengan harga 88,14 dolar per barel. Pergerakan harga minyak terhitung mulai awal Januari sampai Agustus 2021 mengalami fluktuasi yang pesat. Grafik yang dihimpun oleh Lokadata menunjukkan kenaikan yang signifikan.
Lonjakan pertama terjadi pada 5 Maret 2021 pukul 9.46 WIB, di mana total harga minyak per barelnya menyentuh angka 66,09 dolar AS per barel. Minyak Brent berada pada kisaran terendah 109,65 dolar AS per barel dan tertinggi 118,94 dolar AS per barel. Lalu, minyak WTI dijual dengan harga 115,03 dolar AS per barel. Kemudian grafik bergerak dinamis antara mengalami kenaikan dan penurunan.
Anjloknya harga terjadi pada 23 Maret 2021 dengan total harga 57,76 dolar AS. Harga minyak WTI merosot pada 57,76 dolar AS per barel sedangkan minyak Brent merosot sampai 5,93 persen. Memasuki bulan Agustus, harga minyak dunia menguat. Investing.com menyebutkan sejak Selasa pagi tanggal 10 Agustus 2021 hingga pukul 14.21, minyak Brent dihargai 69,97 dolar AS per barel dan mengalami kenaikan 1,35 persen dan minyak WTI dihargai 67,5 dolar AS per barel, meningkat 1,53 persen.
Sayangnya, fluktuasi itu tidak bertahan menjelang akhir 2021. Penurunan terjadi pada 31 Desember 2021 di mana harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret 2022 turun 2,2 persen dengan angka 77,78 dolar AS per barel. Hal yang sama juga terjadi pada minyak WTI pengiriman Februari 2022 yang turun 2,31 persen menjadi 75,21 dolar AS per barel.
Tampaknya 2020 menjadi tahun paling apes untuk industri hulu minyak akibat pandemi COVID-19. Roda perdagangan dunia macet lantaran pembatasan mobilitas rakyat, yang kemudian dilonggarkan memasuki 2021. Dikutip dari grafik Loka Data, harga minyak mengawali harga yang cukup baik pada bulan Januari, tepatnya 2 Januari 2020. Harga minyak Brent 68,6 dolar AS per barel dan minyak WTI berada pada 63,05 dolar AS per barel.
Seperti yang terpampang pada grafik, angka tersebut makin turun dan makin merosot, hingga benar-benar terjun bebas pada 20 April 2020. Minyak Brent hanya mendapatkan 25,57 dolar AS per barel, sementara WTI sampai minus 37,63 dolar AS per barel. Harga tersebut anjlok sebesar 99,95 persen. Beruntungnya, setelah angka yang benar-benar merosot itu, harga minyak kembali mengalami kenaikan, dan cenderung stabil mulai dari bulan Juni hingga penghujung 2020 di bulan Desember. Pada 31 Desember 2020, minyak Brent mencapai angka 51,8 dolar AS per barel, angkanya naik 0,04 persen dibanding hari sebelumnya pada tanggal 29 Desember yang berkisar 51,09 dolar AS per barel. Sementara minyak WTI mencapai angka 48,52 dolar AS per barel, naik 0,71 persen dari harga sebelumnya 48 dolar AS per barel.
Melompat ke dua tahun sebelumnya, di tahun 2019, harga minyak dunia perlahan-lahan merangkak setelah benar-benar amblas pada akhir tahun 2018. Terhitung pada Januari 2019, berdasarkan grafik yang dihimpun dari Kata Data, harga minyak dunia Brent mencapai 55,95 dolar AS per barel sedangkan West Texas Intermediate (WTI) dijual dengan harga 47,09 dolar AS per barel.
Grafik tersebut bergerak secara dinamis dan tidak stabil, mengalami kenaikan namun juga penurunan yang begitu pesat. Kenaikan tertingginya terjadi pada 23 April 2019, harga Brent pengiriman Juni naik 0,35 persen untuk harga 74,3 dolar AS per barel. Sedangkan minyak WTI untuk ranah Amerika naik 0,14 persen menyentuh harga 65,79 dolar AS per barel. Kenaikan tersebut disokong oleh penghentian sanksi atas impor minyak Iran oleh Amerika Serikat.
Memasuki bulan Juni, harga minyak dunia merosot setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mencanangkan kebijakan pemangkasan produksi. Sejak Juni 2019, angka tersebut sudah turun dengan minyak Brent seharga 61,97 dolar AS per barel dan minyak WTI menyentuh angka 53,48 dolar AS per barel. Untungnya, angka tersebut terlihat mengalami kenaikan. Hingga memasuki bulan Desember, tepatnya pada 17 Desember 2019, harga minyak Brent mengalami kenaikan 66,1 dolar AS per barel dan minyak WTI mengalami kenaikan 60,94 dolar AS per barel.
Mengapa bisa ada angka yang berbeda pada harga minyak setiap tahunnya? Mengutip dari Sindonews, penyebab naik turunnya harga minyak dunia dipengaruhi beberapa faktor. Faktor pertama, OPEC. Organization of Pertroleum Exporting Countries (OPEC) berperan penting dalam suplai perdagangan minyak dunia. Ketika terjadi sebuah konflik geopolitik dan kapasitas produksi tiap negara, maka harga minyak pun berubah. Contohnya saja, ketika OPEC melakukan pemangkasan produksi minyak pada 2019, harganya langsung anjlok tanpa tedeng aling-aling.
Faktor kedua, situasi negara produsen minyak di Timur Tengah (Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Irak, dan Kuwait). Jika salah satu negara ini mengalami konflik, maka bisa mendorong fluktuasi harga minyak. Faktor ketiga, penyimpanan (inventory) perusahaan minyak dan pengeboran (oil diriling). Dan faktor keempat, permintaan minyak global. Semakin tinggi permintaan, maka harga minyak ikut melambung naik.
Lalu untuk faktor penurunan harga minyak, juga bisa terjadi karena berbagai faktor. Faktor pertama, pasokan minyak yang berlebih bisa menurunkan harga minyak dunia. Produksi minyak di Amerika yang terus membanjir, membuat harganya terus melemah. Ini juga dipicu kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara Barat akan permintaan produksi minyak.
Faktor kedua, kenaikan dolar. Tingginya harga dolar membuat permintaan minyak di pasar global akan mengalami penurunan. Ini juga berhubungan dengan faktor ketiga, di mana rendahnya permintaan produksi minyak akan membuat nilai minyak mentah dunia jadi tidak terlalu berarti. Sedangkan faktor keempat, produksi minyak yang terus-menerus juga bisa memengaruhi harga minyak jadi menurun. Selain itu, seperti yang terjadi di tahun 2020, dampak lockdown pandemi virus Corona juga melumpuhkan industri minyak mentah. (TSA)