sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Dunia Turun, ICP Agustus Ditetapkan USD78,51 per Barel

Economics editor Atikah Umiyani
06/09/2024 11:13 WIB
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menetapkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) Agustus 2024 sebesar USD78,51 per barel. 
Harga Minyak Dunia Turun, ICP Agustus Ditetapkan USD78,51 per Barel. (Foto: MNC Media)
Harga Minyak Dunia Turun, ICP Agustus Ditetapkan USD78,51 per Barel. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menetapkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) Agustus 2024 sebesar USD78,51 per barel. 

Angka ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 348.K/MG.03/DJM/2024 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Agustus 2024 tanggal 2 September 2024. ICP September mengalami penurunan dari ICP bulan sebelumnya sebesar USD82 per barel.

“Penurunan ini selaras dengan penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar akan turunnya permintaan sentimen negatif pasar, juga diperkuat dengan meredanya ketegangan politik di Timur Tengah," kata Kepala Biro KLIK Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi di Jakarta, Jumat (6/9/2024).

Penurunan harga minyak terjadi akibat adanya rencana OPEC+ untuk tetap menghentikan pengurangan produksi secara sukarela mulai Oktober 2024, yang berarti peningkatan pasokan minyak pada penghujung tahun 2024.

Selain itu, International Energy Agency (IEA) dalam laporan bulan Agustus 2024 menyampaikan peningkatan produksi minyak mentah dunia sebesar 230 ribu bph menjadi 103,4 juta bph, seiring pasokan OPEC+ secara bertahap kembali memasuki pasar dan peningkatan pasokan non-OPEC+.

"IEA dan OPEC menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak terutama untuk tahun 2025, dengan sebagian besar alasan diakibatkan dari perlambatan ekonomi dan melemahnya konsumsi minyak China," kata Agus.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas, juga dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diindikasikan dengan penurunan Purchasing Manager Index (PMI), baik untuk sektor manufaktur maupun non-manufaktur. Serta merosotnya permintaan minyak dan BBM di China akibat peningkatan penggunaan kendaraan listrik dan kendaraan dengan bahan bakar gas alam cair.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement