“Secara alami, demand itu lebih agresif dibandingkan dengan kemampuan produksi. Jadi seperti yang kita alami sekarang dengan kenaikan harga, itu disebabkan karena gap tersebut,”ujarnya dalam Market Review di IDX Channel, Rabu (16/6/2021).
Menyikapi terkait naiknya harga pangan dipasar dunia, Fithra menyebut, Indonesia harus mengamankan stok. Bukan hanya dari sisi produksi tetapi juga dari sisi impor.
“Ini harus dipetakan, mana produk-produk yang bisa diproduksi dan bisa dicari, mana yang kemudian punya potensi akan langka,” tutur Fithra.
Berikutnya, jika Indonesia memiliki potensi komoditas langka dan ada gap antara demand dan suplainya, maka, diperlukan kerjasama pihak pemerintah dan swasta.
Hal ini guna melakukan kerjasama terbatas dengan para ekportir dengan cara memprioritaskan masyarakat Indonesia sebagai pembeli. “Misalnya untuk beras ada dari Vietnam, daging sapi dari Australia,” tambahnya.
Kemudian, untuk menekan kelangkaan komoditas, Fithra menyebut pemerintah haus mendorong produksi domestik. Sebab, produk-produk pertanian dan peternakan Indonesia belum terindustrisasi, melainkan kepemilikannya masih perorangan, belum masuk ke wilayah industri.
(IND)