IDXChannel - Bank of England menaikkan suku bunga sebesar 75 basis points (Bps) menjadi 3% pada hari Kamis (3/11). Kenaikan ini menjadi yang terbesar dalam 33 tahun terakhir.
Upaya tersebut diambil bank sentral Inggris itu yang mencoba menahan inflasi yang melonjak.
Banyak analis juga memprediksi ekonomi Inggris meluncur menuju resesi yang bisa berlangsung hingga dua tahun.
Bank sentral menerapkan kebijakan kenaikan suku bunga ini sudah delapan kali dalam waktu kurang dari setahun. Suku bunga acuan di Inggris kini menjadi 3%, tertinggi sejak November 2008.
Kenaikan ini ditetapkan setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kenaikan bunga acuan sebesar 75 bps pada hari Rabu (2/11) dan Bank Sentral Eropa (ECB) sebesar 75 bps pada pekan lalu.
"Inflasi terlalu tinggi mendorong bank sentral untuk menjalankan tugasnya untuk menurunkannya. Jika kita tidak bertindak tegas sekarang, ini akan menjadi lebih buruk di kemudian hari," kata Gubernur BoE, Andrew Bailey pada konferensi pers setelah pengumuman tersebut.
Nasib Ekonomi Inggris
Meskipun menaikkan suku bunga, bank sentral Inggris tidak berpikir inflasi akan turun hingga tahun depan. Mengendalikan inflasi berarti membutuhkan lebih banyak kebijakan kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Meskipun demikian, Bailey juga mengatakan ekspektasi pasar tampaknya terlalu agresif terkait kenaikan suku bunga. Pernyataan itu kontras dengan pernyataan ketua The Fed, Jerome Powell pada Rabu lalu, yang mengatakan suku bunga mungkin perlu naik lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Bank sentral saat ini tengah menunggu pengumuman anggaran pemerintah baru Inggris di bawah Perdana Menteri (PM) Rishi Sunak pada 17 November mendatang. Hal ini terkait rincian lebih lanjut tentang rencana pengeluaran anggaran dan kebijakan pajak yang dapat mempengaruhi apa yang terjadi pada inflasi tahun depan.
Sebelumnya, Christine Lagarde selaku Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) telah memperingatkan bahwa meskipun resesi ringan mungkin terjadi, kenaikan suku bunga tidak akan cukup untuk mengatasi kenaikan harga.
"Kami tidak percaya bahwa resesi akan cukup untuk benar-benar menjinakkan inflasi," katanya mengutip Bloomberg (4/11).