"Sekarang kita bikin misalkan satu varian 100, kita kurangi 50, kita masih produksi dari semua, cuma nggak semua best seller, hanya produksi yang best seller, terus stok yang habis, biasanya sampai penuh sekarang nggak lagi," ujarnya.
Selain harus menghadapi kenaikan harga seluruh jenis cabai, Heni mengaku kenaikan harga bawang merah juga cukup membuat usahanya kembang kempis. Menurutnya, kenaikan harga bawang merah dari tingkat pemasok saja sudah cukup tinggi di angka Rp 43.000 per kilogram, untuk bawang merah kupas premium.
"Bawang merah naik, yang kupas di pasar Rp 50 ribu, kemarin didrop Rp 43.000 ganti harga, itu kemarin nggak tahu hari ini. Saya dikirim Minggu, biasanya order Minggu atau Rabu, ini bahan bakunya naik semua," bebernya.
Penurunan jumlah produksi berimbas pada permintaan stok dari sejumlah toko oleh-oleh yang belum bisa dipenuhinya. Ia terpaksa hanya memenuhi permintaan toko oleh-oleh dan pembeli sesuai dengan pesanan terlebih dahulu. Artinya jika tidak pesan sebelumnya, maka ia memutuskan tidak melakukan produksi sambal.
"Ini ada permintaan dari toko oleh-oleh 650 botol itu belum saya buat, saya janjikan Minggu ini, karena masih pameran juga. Kalau toko oleh-oleh kita titip jual, stok kita ada di sana, pengirimannya kita kurangi dari permintaan 650 botol, yang masuk 13 varian, saya kirim lima varian dulu, jadi nggak langsung semua dan harus by order, tidak bisa nyetok," terangnya.