Negara Paling Terpukul Inflasi di Zona Eropa
Inflasi di zona Euro sedikit berkurang pada November untuk pertama kalinya sejak Juni 2021. Namun, angkanya masih menyentuh dua digit karena kenaikan harga pangan dan tagihan energi yang tinggi.
Namun, karena kenaikan harga energi dan makanan yang signifikan, inflasi telah mencapai titik tertinggi sejak November 2021. Situasi ini memburuk sejak dimulainya perang di Ukraina.
Dampak dari tingginya inflasi ini cukup memukul ekonomi negara-negara Baltik. Negara Lituania mengalami tingkat inflasi tertinggi pada bulan Oktober mencapai 23,6%.
Untuk inflasi bulan November, Latvia, mengalami tingkat inflasi tertinggi di zona ini sebesar 21,7%. Angka ini meningkat drastis dibandingkan tahun lalu sebesar 7,4%.
Sementara di Estonia, inflasi melandai dari puncaknya di bulan Agustus yang mencapai 25,2%. Memasuki bulan November, inflasi negara ini mencapai 21,4%. (Lihat grafik di bawah ini.)
Penurunan inflasi paling tajam terjadi di Belanda, yang turun menjadi 11,2% pada November dibandingkan dengan bulan Oktober sebesar 16,8%.
Di belahan Eropa lain, inflasi di Inggris naik signifikan pada bulan Oktober mencapai 11,1 %, dan menjadi level tertinggi sejak 1981. Inflasi ini naik dibandingkan bulan September sebesar 10,1%.
Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh melonjaknya harga listrik dan gas, yang naik 24% yoy, sementara harga pangan naik sebesar 16,4%.
Mengikuti jejak sejawatnya di belahan dunia lainnya, Bank Sentral Eropa (ECB) telah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 11 tahun dengan jumlah yang lebih besar dari perkiraan. Langkah ini diambil untuk mendinginkan inflasi yang sangat tinggi.
Kebijakan ini mendorong rekor kenaikan suku bunga di belahan negara lainnya pada bulan September. Kondisi ini juga mendorong peningkatan bunga kredit dan menjerumuskan ekonomi utama ke dalam resesi.
Pada 27 Oktober lalu, ECB kembali menaikkan suku bunga deposito sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% dan menjadi tingkat tertinggi dalam satu dekade.
Pada tanggal 29 November, presiden ECB, Christine Lagarde, menyatakan bahwa inflasi di zona Euro belum mencapai puncaknya dan berisiko naik lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Kondisi ini memicu ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut dari para pengamat. (ADF)