sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Inggris-AS Inflasi Tinggi Akibat Harga Energi Mahal, Bagaimana Nasib RI?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
03/10/2022 14:32 WIB
Tren tingginya harga energi menjadi faktor utama inflasi di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Inggris-AS Inflasi Tinggi Akibat Harga Energi Mahal, Bagaimana Nasib RI? (Foto: MNC Media)
Inggris-AS Inflasi Tinggi Akibat Harga Energi Mahal, Bagaimana Nasib RI? (Foto: MNC Media)

Di Amerika Serikat, inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (CPI) sempat mencapai level tertinggi dalam 40 tahun pada Juni 2022. Inflasi ini juga ditopang naiknya harga energi dalam negeri.

Di Eropa, tingginya inflasi juga didominasi oleh kontribusi dari harga energi. Inflasi tahunan energi di benua Biru mencapai 27% pada Januari 2022, dan terus menunjukkan tren kenaikan, mengutip laporan Eurostat.

Di Indonesia, harga energi, terutama BBM dilaporkan turun per 1 Oktober 2022. Sejumlah operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) kompak menurunkan harga BBM mereka imbas penurunan harga minyak dunia.

Harga BBM Pertamax Pertamina turun Rp600 per liter dari Rp14.900 menjadi Rp13.900 per liter. Penurunan harga juga berlaku untuk Pertamax Turbo yang semula dibanderol Rp15.900 menjadi Rp14.950 per liter.

Shell juga ikut serta menurunkan harga BBM. Harga Shell Super yang setara Pertamax turun dari Rp 15.420 menjadi Rp 14.150 per liter. Berikutnya, harga BBM di SPBU Vivo dengan BBM jenis Revvo 92 turun menjadi Rp14.140 per liter dari sebelumnya Rp15.400 per liter.

Turunnya harga BBM ini diharapkan dapat berdampak bagi pengendalian inflasi di bulan Oktober. Jika berkaca pada inflasi Eropa, energi menjadi indikator penting yang harus dijaga implikasinya agar tak berkontribusi bagi peningkatan inflasi bulan mendatang. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement