IDXChannel - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve atau The Fed, mengumumkan telah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5 – 1,75 persen pada 16 Juni 2022.
Melansir laman NPR, bank yang sudah berdiri sejak 1913 itu menaikkan suku bunganya lantaran tengah bertempur melawan inflasi yang mengakibatkan harga-harga di konsumen melonjak. Nilai kenaikan ini adalah yang terbesar selama 28 tahun belakangan ini.
Lantas, apa efeknya jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga? Forbes menyebut, ada banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Salah satunya adalah dampak langsung terhadap saham. Suku bunga pasar yang lebih tinggi tentunya akan berimbas tak baik terhadap pasar saham.
Kenaikan suku bunga The Fed membuat pinjaman uang menjadi lebih mahal. Akibatnya, biaya bisnis yang harus dikeluarkan perusahaan, baik itu nasional atau swasta, juga turut meningkat. Sayangnya, biaya selangit itu tidak diimbangi dengan pendapatan yang juga maksimal. Bobot pendapatan berkurang, sehingga berpotensi berdampak pada tingkat pertumbuhan dan nilai saham perusahaan tersebut.
Bagi Indonesia sendiri, hal ini merupakan satu hal yang harus diperhatikan. Kenaikan suku bunga The Fed biasanya diikuti pula oleh kenaikan tingkat suku bunga di negara-negara berkembang.
Ditambah, tidak semua konsumen dan pelaku usaha bisa siap untuk menerima kenyataan adanya kenaikan suku pinjaman. Melansir Sindonews (20/6/2022), Ekonom Bhima Yudhistira berujar bahwa permintaan konsumen rumah tangga bisa berproyeksi menurun dan pelaku usaha bisa terganggu ekspansinya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga pastinya turut terdampak. Efek domino pun akan muncul dan menyebabkan biaya impor bahan baku serta barang konsumsi turut menggembung. Bank Indonesia dinilai harus segera menaikkan suku bunga, minimal 25 bps, guna mengantisipasi nilai tukar rupiah yang melemah. (RRD)