Solusi lain demi mempercepat akselerasi listrik pada kondisi serupa adalah mendorong pemerintah daerah untuk membangun kapasitas pembangkit EBT dengan prioritas utama PLTS dan PLT Minihidro hingga kapasitas 5 MW melalui Dana Alokasi Khusus.
"Kita sedang menyiapkan regulasi terkait hal itu," tambah Crisnawan.
Terakhir, pendekatan pra-elektrifikasi digunakan jika terdapat daerah yang penduduknya tersebar dan butuh biaya besar dalam pemasangan sistem jaringan. Pendekatan tersebut selain menggunakan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) juga bisa dengan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) sebesar 500 Watt per satu rumah.
"Ada juga pembangunan PLTS off-grid," jelas Crisnawan.
Demi mempercepat akselerasi pembangunan akses listrik di wilayah tersebut, terdapat dua program utama yang diinisiasi oleh Kementerian ESDM dan diperuntukan bagi para milenial. Pertama, program Patriot Energi yang diluncurkan pada bulan Juli 2021.
"Program ini tidak hanya berfokus pada pengembangan EBT, tapi juga melakukan survei potensi energi hingga proses bisnis pengelolaan bersama masyarakat," jelas Chrisnawan.
Sementara program lain yang baru diluncurkan adalah Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya). Program ini yang hanya diperuntukan bagi mahasiswa aktif di jenjang sarjana dan vokasi. Program ini diimplementasikan dalam metode pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
"Program ini khusus mempelajari energi surya," tutup Chrisnawan. (TYO)