Saat ini pola konsumsi sudah berubah. Transaksi sudah lebih beralih ke daring. Tidak lagi harus berkunjung ke toko fisik (offline). Bahkan, layanan drive thru sudah kian banyak sehingga semakin memudahkan bagi konsumen. Jika mampu beradaptasi, pengelolaan bisnis bisa berjalan dengan baik.
Kendati begitu, Dosen Universitas Bunda Mulia itu menilai pelaku UMKM juga harus paham dalam menjalankan bisnis. Tidak hanya mempertimbangkan dari aspek operasional, melainkan juga pengelolaan finansialnya agar mampu bersaing, bertahan, dan makin tumbuh.
Menurut dia, banyak bisnis yang mendapat sumber pendanaan tetapi pengelolaan keuangannya tidak tepat. Padahal, kunci keuangan bisnis UMKM itu terletak pada investasi, arus kas (cash flow), dan laba rugi. Selain itu, perkembangan UMKM saat ini juga didukung dengan kemudahan peminjaman modal usaha. Kemudian, menurunnya tarif PPH Final.
“UMKM itu kadang sasaran dari bantuan investor, perbankan, hingga pemerintah. Mendapatkan sumber pendanaan tanpa pengelolaan keuangan juga bisa menjadi masalah. Aspek keuangan itu menjadi salah satu kunci demi memudahkan mendapatkan akses pinjaman modal dan memanfaatkan tarif PPh Final. Harus kuasai dari aspek keuangannya,” jelasnya.
Temy berpendapat bahwa perusahaan yang arus kasnya lancar belum tentu bisnis tersebut layak. Selain itu, perusahaan dengan laba yang tinggi juga belum tentu memiliki arus kas yang lancar. Demikian juga perusahaan yang memiliki kerugian, belum tentu memiliki arus kas yang buruk.