“Laba perusahaan yang tinggi belum tentu cash flow-nya lancar. Sebaliknya, perusahaan yang rugi, belum tentu cash flow-nya buruk. Cash flow lancar, belum tentu fisibel. Cash flow dan laba rugi itu hal yang berbeda,” ujar dia.
Di sisi lain, ia mengingatkan calon pebisnis agar harus siap rugi. Menurutnya, keberhasilan bisnis tidak hanya dipengaruhi barang atau jasa yang dijual, kekuatan finansial, kemampuan marketing, tapi juga dari pengukuran investasi yang tepat serta pengelolaan keuangan yang tepat.
Investasi adalah segala sumber daya yang dimiliki entitas bisnis untuk menjalankan usaha. Tidak selalu soal uang, investasi juga mencakup ide, tenaga, bahan baku yang dimiliki, dan waktu.
“Segala sumber daya yang kita masukkan dalam bisnis adalah investasi. Investasi ada yang bisa dan tidak bisa diukur dengan uang. Yang tidak dinilai dengan uang misalnya skill, tenaga,” katanya.
Oleh karena itu, Temy menegaskan calon pebisnis sejak awal harus menentukan proyeksi waktu tahap balik modal. Dalam bisnis atau keuangan dikenal sebagai break even point (BEP) atau return of investment (ROI). Itu akan menentukan fisibilitas dari bisnis yang dijalankan. Menurut dia, pebisnis cari target waktu terpendek untuk pada tahap pengembalian investasi.