Defisit Tiap Tahun
Defisit Saudi menyusut pada 2017, yakni hanya sebesar 8,9% dari APBN. Jumlahnya menurun menjadi 230 miliar riyal atau setara dengan Rp863 triliun sementara utang Arab Saudi menjadi 443,1 miliar riyal atau Rp1.663 triliun. Beberapa hal dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menaikkan pajak untuk produk seperti rokok dan minuman kemasan, serta merombak peraturan perpajakan.

Intip Utang Arab Saudi yang Diprediksi Membengkak hingga Rp3.533 Triliun. (FOTO : MNC Media)
Ekonomi semakin membaik ketika memasuki 2018. Penerimaan negara mengalami kenaikan menjadi 783 miliar riyal atau Rp2.900 triliun dan defisit yang hanya sebesar 195 miliar riyal atau Rp732 triliun sementara utang negara naik menjadi 558 miliar riyal atau Rp2.095 triliun. Namun, setahun kemudian dua kota suci mengalami defisit kembali sebesar 131,5 miliar riyal atau Rp493 triliun serta menambah utang negara menjadi 657 miliar riyal atau Rp2.466 triliun.
Pandemi Covid-19 dan Utang Arab Saudi yang Membengkak
Pada 2020 banyak negara yang mengalami dinamika ekonomi karena pandemi Covid-19 dan turbulensi politik. Ketika itu, Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al Jaddan memprediksi, penerimaan negara turun menjadi 833 miliar riyal atau Rp3.128 triliun.
Pada saat yang bersamaan Arab Saudi harus menghadapi masalah politik setelah Amerika Serikat (AS) menembakkan rudal ke arah iring-iringan jenderal tertinggi Iran Qassem Solemani. Saudi mencetak obligasi senilai 18,75 miliar riyal atau Rp 70 triliun.
Pandemi juga turut menyeret perekonomian Arab Saudi. Hal ini membuat permintaan pasar akan minyak dan larangan bepergian bagi jamaah haji dan umrah, serta dana besar penanganan Covid-19.