IDXChannel - Maraknya kasus investasi bodong menjadi kegelisahan di tengah mulai meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi.
Di satu pihak, tingginya kasus investasi bodong menandakan bahwa upaya pemerintah mendongkrak inklusi keuangan di masyarakat terbilang berhasil.
Namun di lain pihak, lonjakan inklusi tersebut belum mampu diimbangi dengan tingkat literasi keuangan yang memadai, sehingga masyarakat kerap tergiur dengan tawaran-tawaran menggiurkan dari para pelaku investasi bodong.
"Rendahnya kebiasaan membaca, atau reading habbit, membuat tingkat literasi jadi rendah, sehingga rentan menjadi korban," ujar Pengamat Perbankan, Paul Sutaryono, Minggu (4/6/2023).
Karenanya, menurut Paul, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator harus secara aktif menggandeng pelaku perbankan dan juga lembaga keuangan non bank (LKNB) guna bersinergi dalam mengedukasi dan sosialisasi terkait beragam produk dan jasa perbankan, investasi dan keuangan.
"Upaya itu sangat diharapkan dapat mengerek tingkat literasi keuangan konsumen. Dengan demikian, kasus-kasus investasi bodong dapat ditekan semakin rendah," tutur Paul.
Paul menjelaskan, ada banyak hal yang harus dipahami dan menjadi tantangan yang perlu dihadapi dalam berinvestasi.
Terlebih dorongan untuk ingin cepat untung (greedy) yang menjadi sifat yang sangat melekat sekali pada pelaku investasi.
"Inilah yang menjadi kesempatan dan lalu dimanfaatkan oleh para penyedia investasi bodong untuk mengelabuinya," ungkap Paul.
Lebih lanjut, Paul memaparkan satu-satunya cara untuk mengatasi problematika investasi bodong yakni dengan mencari ilmu yang memadai tentang investasi.
Pahami prinsip-prinsip investasi dengan baik. Jika sudah memahami prinsip investasi, maka pelaku investasi tidak akan mudah terbawa mindset serakah dan tidak akan dikuasai rasa takut.
Kemudian pengetahuan yang memadai tentang investasi juga penting. Dalam berinvestasi juga harus lebih tenang dan bijak dalam mengambil keputusan.
Dengan upaya tersebut, sifat serakah diharapkan akan hilang dan berinvestasi pun menjadi lebih aman.
Hingga saat ini investasi bodong masih terus banyak memakan korban. Bahkan, dari sekian banyak korban investasi bodong, ternyata tidak sedikit yang notabenenya berpendidikan tinggi.
"Karena itu juga bisa disimpulkan bahwa seseorang dengan latar belakang pendidikan tinggi pun bukan menjadi jaminan bahwa tingkat literasi keuangannya juga baik," tegas Paul. (TSA)