IDXChannel - Perekonomian Indonesia terus menunjukkan tren positif serta memiliki ketahanan yang kuat menjelang akhir tahun 2025.
Kinerja ini tercermin dari aktivitas manufaktur yang ekspansif, surplus neraca perdagangan yang impresif, dan inflasi yang tetap terjaga. Kuatnya permintaan domestik menjadi pendorong utama capaian positif ini.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga tren ini.
“Kita terus memperkuat pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan yang terarah, termasuk stimulus kuartal IV-2025, sekaligus mendorong ekspor yang bernilai tambah dan menjaga ketahanan sektor padat karya untuk mengoptimalkan kontribusi pada ekonomi nasional,” ujar Febrio dalam keterangannya, Selasa (2/12/2025).
Aktivitas sektor manufaktur Indonesia terus menguat selama empat bulan berturut-turut. Ini ditunjukkan oleh PMI Manufaktur Indonesia yang tercatat ekspansif pada November 2025 di level 53,3.
Lonjakan signifikan dalam permintaan domestik menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan produksi, penyerapan tenaga kerja, dan aktivitas pembelian menjelang akhir tahun.
Optimisme ini didukung oleh tren serupa di negara mitra dagang utama, seperti India (57,4) dan Amerika (51,9), serta di kawasan ASEAN seperti Thailand (56,8), Vietnam (53,8), dan Malaysia (50,1). Ekspansi ini mengindikasikan adanya peningkatan momentum permintaan global yang berpotensi mendukung kinerja ekspor Indonesia ke depan.
Kinerja perdagangan Indonesia menunjukkan fondasi ekonomi eksternal yang tangguh. Hingga Oktober 2025, Neraca Perdagangan mencatatkan surplus impresif sebesar USD35,9 miliar, tumbuh 44,1 persen (cumulative to cumulative/ctc) sepanjang periode Januari-Oktober 2025. Surplus ini utamanya disumbang oleh sektor nonmigas senilai USD51,5 miliar.
Total nilai ekspor kumulatif Indonesia mencapai USD234,0 miliar, naik 7,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan naik 15,8 persen, sementara ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan melonjak 28,6 persen.
Sinyal positif juga datang dari investasi. Peningkatan impor barang modal sebesar 18,7 persen selama periode yang sama menjadi indikasi perluasan kapasitas produksi dan investasi yang berkelanjutan di dalam negeri.
Inflasi pada November 2025 tercatat melambat menjadi 2,72 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah dari posisi Oktober (2,86 persen yoy).
Perbaikan ini didukung oleh meredanya tekanan pada komponen Volatile Food (VF), yang turun ke 5,48 persen (yoy) dari 6,59 persen (yoy). Penurunan ini berkat langkah stabilisasi harga pangan, yang membuat harga komoditas seperti beras, cabai merah, dan daging ayam mulai menurun.
Sementara itu, inflasi inti bergerak stabil di level 2,36 persen (yoy), menunjukkan daya beli masyarakat yang terjaga. Pemerintah terus mengantisipasi gejolak harga pangan akibat masuknya musim hujan melalui operasi pasar, penguatan stok, dan intervensi harga, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.
(kunthi fahmar sandy)