Negosiasi lanjutan antara kedua negara sampai saat ini terus berlangsung. Penandatanganan kesepakatan dagang ditargetkan dilakukan pada Januari 2026.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membenarkan rencana impor energi dari AS. Dia menyebutkan produk energi yang dibeli dari AS harus memiliki harga yang kompetitif.
"Kita akan belanja bahan bakar minyak (BBM), minyak mentah dan LPG. Harganya itu sekitar kurang lebih USD15 miliar," kata Bahlil pada akhir Juli.
"Itu pasti kita akan lakukan dengan memperhatikan nilai keekonomian. Harganya harus kompetitif," katanya.
Lebih lanjut, Bahlil menyebutkan peningkatan impor dari AS akan mengurangi ketergantungan pada negara lain, termasuk dari kawasan Timur Tengah dan Asia.