Direktur Utama Garuda PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) itu juga menjelaskan, Indonesia merupakan pasar MRO terbesar di Asia Tenggara, dengan total nilai mencapai USD1-1,5 miliar pada 2023. Namun, sekitar 46 persen pasar MRO masih dikerjakan oleh perusahaan asing, sementara 54 persen sisanya dilakukan di dalam negeri.
Jika dirinci, perawatan airframe dan line maintenance sudah mencapai 90 persen aktivitas dilakukan oleh AMO domestik. Sebaliknya, perawatan engine dan komponen masih didominasi oleh MRO asing, lebih dari 70 persen pekerjaan dilakukan di luar negeri.
Pengiriman mesin pesawat dalam rangka perbaikan tentu akan menimbulkan beban biaya yang lebih besar bagi industri maskapai di tanah air. Hal tersebut tentu akan berdampak juga pada biaya operasional maskapai yang dibebankan kepada penumpang dalam membentuk harga tiket pesawat.
Andi Fahrurrozi mengatakan, ada tiga tantangan utama dalam peningkatan kapabilitas MRO nasional. Pertama, keterbatasan volume pekerjaan yang membuat investasi peningkatan kemampuan teknis menjadi tidak ekonomis.