“Kinerja ekspor yang tetap meningkat ini juga didukung oleh permintaan dari negara mitra dagang dengan kinerja ekonomi yang masih kuat, terutama India yang masih mencatatkan PMI Manufaktur ekspansif,” jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam keterangan resminya, Rabu (16/11/2022).
Ekspor non-migas secara kumulatif Januari-Oktober 2022 masih mencatatkan pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 30,61% (ytd). Sementara itu pada periode yang sama, pertumbuhan ekspor migas mencapai 37,4% (yoy).
Dari sisi sektoral, sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 82,68% (yoy), disusul sektor manufaktur yang tumbuh mencapai 20,4% (yoy), sementara sektor pertanian tumbuh 14,17% (yoy).
“Pertumbuhan ekspor yang terjadi di semua sektor menjadi indikasi berlanjutnya pemulihan ekonomi secara merata (broad-based), terutama sektor manufaktur yang berkontribusi paling besar pada ekspor nasional,” jelas Febrio.
Di sisi lain, kinerja impor Indonesia di bulan Oktober 2022 juga masih tumbuh positif sebesar 17,44% (yoy) atau mencapai USD19,14 miliar, sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Hal ini juga tercermin pada angka PMI Manufaktur Indonesia di bulan Oktober 2022 yang masih berada pada zona ekspansif (51.8).
Peningkatan impor didorong oleh impor migas dan non-migas yang masing-masing tumbuh sebesar 77,23% (yoy) dan 9,56% (yoy). Sejak Januari hingga Oktober 2022, total impor Indonesia mencapai USD198,62 miliar.
Dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 16,24% (yoy) dan 28,47% (yoy).
“Pertumbuhan impor barang produktif seperti barang modal dan bahan baku yang terus positif menjadi sinyal bahwa pemulihan ekonomi nasional masih berlanjut dan aktivitas usaha dalam negeri terus menguat,“ terangnya.