Di samping itu, Diana menambahkan, salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh pengusaha tekstil agar bisa bersaing dengan produk bekas impor yang digandrungi anak-anak muda, yakni memperbaharui model-model pakaian yang trending. Setidaknya, itu bisa menjadi pilihan para konsumen sebelum membeli pakaian bekas impor.
"Karena selain dari harganya yang murah, pakaian impor punya passion masih update sampai sekarang. Kayak gimana sih, modelnya bagus enggak ada di mana-mana," pungkas Diana.
Sebelumnya, Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (Apsyfi) mengungkapkan, kondisi industri tekstil sudah diambang kemalangan. Perusahaan berorientasi pasar domestik kini yang paling terancam.
Ketua Umum APSyFI Redma Wirawasta mengatakan, pada kuartal tiga dan empat tahun 2022 yang lalu, perusahaan pasar ekspor yang terganggu. Banyak negara yang menutup pintu ekspor karena kondisi ekonomi sedang menurun. Namun, pada kuartal satu tahun 2023 ini, gantian perusahaan tujuan pasar domestik yang terancam.
"Di kuartal tiga dan empat tahun lalu kita masih bilang kondisi industri tekstil serat dan benang ini adalah lampu kuning karena memang pertumbuhannya sudah melambat tapi kalau sekarang bisa saya bilang sudah lampu orange, artinya hampir lampu merah," ujar Redma saat berdialog di acara Market Review IDX Channel, Rabu (24/5/2023).