Namun begitu, usahanya masih tergolong beruntung. Pasca harga kedelai dan minyak goreng naik, bahan pokok pembuatan tahu, yakni kedelai dan migor masih tetap tersedia.
"Alhamdulillah bahan kedelai ada terus dak mutus. Begitu juga dengan minyak goreng. Kapan habis, telepon langsung dikirim," tukas Mulyono.
Diakuinya, selama produksi tahu sejak 30-an tahun lalu selalu menggunakan kedelai impor. "Setiap harinya, kita menggunakan kedelai impor sebanyak 300 kg. Saat ini harganya Rp11.400 per kilogram, sebelumnya masih Rp10 ribu," katanya.
Meski dari Keuntungan jadi turun, namun harga jual tahu tidak berubah. "Harga tahu tidak berubah, ada yang Rp400, Rp500, Rp700. Karena yang kita hadapi konsumen. Jadi kita tidak merubah ukuran, karena ribet. Garis motongnya itu ribet. Hingga saat ini masih bisa diatasi," imbuh Mulyono.
Saat ini, dia berharap pemerintah bisa turun tangan agar harga kedelai dan minyak goreng bisa standar. "Minyak sawit Rp14.000 standard, tapi per liter bukan per kilogram," tuturnya.