Di saat yang sama, Pemerintah Indonesia terus memperkuat arah konsolidasi fiskal dengan menekan kembali angka defisit APBN di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), termasuk melalui reformasi fiskal di tengah tren kenaikan harga komoditas global. Di samping itu, berbagai upaya untuk menumbuhkan perekonomian secara lebih kuat dan inklusif terus dilakukan.
Langkah-langkah tersebut vital dalam jangka panjang dalam mewujudkan kesinambungan fiskal dan meningkatkan potensi perekonomian Indonesia untuk tumbuh lebih tinggi. Penguatan kembali sisi suplai terus dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan transformasi ekonomi melalui penguatan sektor
manufaktur, pengembangan ekonomi digital, dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Meskipun ruang optimalisasi dan inovasi bauran kebijakan dan reformasi semakin terbuka, namun tantangan multidimensi yang akan dihadapi ke depan akan semakin besar.
Kerangka kebijakan fiskal pascapandemi perlu terus dikalibrasi sesuai dengan dinamika perekonomian dan sekaligus untuk mendukung agenda peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, diskusi AIFED ke-11 selama dua hari pada 6 dan 7 Desember 2022 di Nusa Dua, Bali mengambil fokus pada kerangka kebijakan pascapandemi dalam menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Pembahasan hari pertama mencakup pengelolaan makro-fiskal pascapandemi, menavigasi pemulihan ekonomi di tengah meningkatnya ketidakpastian, dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber pertumbuhan baru.
Fokus ini juga juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembahasan Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022, terutama untuk memperkuat pemulihan sesuai tema Recover Together, Recover Stronger.