Febri membeberkan bahwa nilai IKI didapat dari survei dan analisis terhadap 23 sub sektor industri manufaktur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 sub sektor mengalami ekspansi pada bulan ini.
Dua sub sektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Pengolahan Tembakau yang tercatat dalam Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) 12. Selanjutnya ada Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional (KBLI 21).
Di sisi lain, ada satu sub sektor manufaktur yang mengalami kontraksi, yakni Industri Tekstil (KBLI 13). Hasil ini sama seperti IKI bulan lalu, yang kala itu industri tekstil menjadi satu-satunya sub sektor yang mengalami kontraksi.
Pada bulan November 2025, Febri mengatakan variabel pesanan baru mengalami peningkatan sebesar 0,68 poin atau mencapai 55,93. Kemudian, variabel persediaan produk juga mengalami peningkatan sebesar 0,33 poin menjadi 56,19.
“Selanjutnya, nilai IKI variabel produksi masih kontraksi dan melambat sebesar 1,08 poin atau mencapai 47,49,” ungkapnya.