sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kinerja Industri Manufaktur Sepanjang 2025 Lampaui Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Economics editor Ferdi Rantung
31/12/2025 16:21 WIB
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melaporkan kinerja Industri Pengolahan Nonmigas (IPNM) sepanjang 2025.
Kinerja Industri Manufaktur Sepanjang 2025 Lampaui Pertumbuhan Ekonomi Nasional. (Foto: Inews Media Group)
Kinerja Industri Manufaktur Sepanjang 2025 Lampaui Pertumbuhan Ekonomi Nasional. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melaporkan kinerja Industri Pengolahan Nonmigas (IPNM) sepanjang 2025. Menperin mengatakan kinerja industri manufaktur Tanah Air cukup baik di tengah tantangan yang muncul dari domestik maupun global. 

Menurutnya, tahun ini sangat berat bagi Indonesia dan juga negara lainnya. Namun, pertumbuhan ekonomi dan kinerja industri berada di atas 5 persen.

"Tidak banyak negara yang pertumbuhan ekonominya di atas 5 persen, sementara kita di atas 5 persen. Tahun yang kita anggap begitu berat, tapi untuk Indonesia kinerja ekonomi, kinerja manufaktur itu cukup baik," ujarnya dalam Konferensi Pers Kinerja Industri Manufaktur Tahun 2025 dan Outlook Industri Manufaktur 2026 di Kemenperin, Jakarta Selatan, Rabu (31/12/2025).

Agus memaparkan, sepanjang tahun 2025, IPNM tidak hanya tumbuh positif, tetapi juga mampu melampaui laju pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu tercemin dari kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh 5,17 persen dari kuartal I-2025 hingga kuartal III-2025.

Sementara kontribusi industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sepanjang tahun tercatat sebesar 17,27 persen. Angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 17,33 persen pada triwulan IV-2025, seiring dengan terus menguatnya aktivitas produksi dan permintaan industri.
 
Dari sisi perdagangan luar negeri, kinerja ekspor industri pengolahan nonmigas juga menunjukkan tren yang menggembirakan. Sepanjang Januari hingga Oktober 2025, nilai ekspor IPNM secara kumulatif mencapai USD187,82 miliar atau setara 80,25 persen dari total ekspor nasional. Nilai tersebut meningkat signifikan sebesar 15,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
 
“Kontribusi industri manufaktur terhadap capaian ekspor nasional selama ini konsisten mendominasi sehingga berperan penting dalam upaya menjaga kinerja neraca perdagangan Indonesia,” ujar Agus. 

Kinerja tersebut menghasilkan surplus neraca perdagangan IPNM yang juga turut memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia.
 
Dari sisi investasi, realisasi investasi IPNM pada triwulan I–III tahun 2025 mencapai Rp552,0 triliun atau setara 38,49 persen dari total investasi nasional. Sejalan dengan itu, penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan nonmigas hingga Agustus 2025 mencapai 20,31 juta orang atau sekitar 13 persen dari total tenaga kerja nasional.
 
Menurut Menperin, capaian tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan investor yang tetap kuat terhadap prospek industri nasional, di tengah dinamika ekonomi global yang masih penuh tantangan. 

“Meski aktivitas industri berjalan positif, tingkat utilisasi industri pengolahan nonmigas pada Januari hingga Oktober 2025 masih berada di kisaran 61,2 persen. Ini menandakan masih terbukanya ruang ekspansi yang besar untuk mengoptimalkan kapasitas produksi nasional,” paparnya.
 
Optimisme pelaku usaha industri juga tercermin dari indikator kepercayaan dan aktivitas manufaktur. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada November 2025 tercatat sebesar 53,45, sementara Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 53,3. Kedua indikator tersebut menunjukkan kondisi ekspansif dan menggambarkan prospek industri yang terus membaik.


Menperin menekankan, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas telah melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sejak triwulan II-2025 dan diproyeksikan terus berada di atas pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2025. Kondisi ini merupakan capaian penting yang untuk pertama kalinya terjadi dalam satu dekade terakhir.
 
“Dengan IKI yang konsisten ekspansif sepanjang 2025 dan PMI yang terus berada di zona ekspansi sejak Agustus 2025, kami optimistis industri manufaktur akan tetap menjadi penyokong utama perekonomian nasional,” katanya.
 
Dari sisi sektoral, sejumlah subsektor industri pengolahan nonmigas mencatatkan pertumbuhan yang kuat di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. 

Industri Logam Dasar menjadi subsektor dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 16,04 persen, diikuti Industri Mesin dan Perlengkapan sebesar 9,97 persen, Industri Pengolahan Lainnya serta Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan sebesar 9,55 persen, Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional sebesar 8,24 persen, serta Industri Makanan dan Minuman sebesar
6,23 persen. 
Sementara itu, subsektor lainnya seperti Industri Kulit dan Alas Kaki, Industri Barang Logam dan Elektronik, Industri Tekstil dan Pakaian Jadi, Industri Kertas, Percetakan, serta Industri Furnitur tetap menunjukkan kinerja solid dengan pertumbuhan di kisaran 1 hingga 5 persen.

Tantangan Industri Selama 2025

Meski tahun ini ditutup dengan daya tahan industri yang kuat, Menperin juga menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi oleh industri manufaktur. Pertama adalah banjirnya produk impor di Tanah Air. 

Agus mengatakan produk impor sangat membebani industri, untuk itu diperlukan langkah yang tegas agar tidak mudah masuk ke dalam negeri. 

"Banjir impor. Impor baik itu illegal maupun yang legal, yang legal saja sudah membuat manufaktur sulit kok, apalagi yang illegal, yang masuk melalui jalur-jalur tidak sah, jalur-jalur tikus dan sebagainya," tuturnya.

Selain itu, industri juga dihadapakan oleh masalah 
Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Agus menyebut industri masih mengalami kendala baik dari segi ketersediaan atau harga gas.

Kemudian, Menperin juga menyinggung masalah ketersediaan bahan baku bagi industri. Untuk itu pihaknya mendorong agar bahan baku bisa banyak diperoleh dari dalam negeri

 "Jadi challenge selama 2025 ini, yang sayangnya disebut  masalah klasik. Kalau bagi saya tidak boleh ada masalah klasik, masalah yang berulang-ulang itu memang jadi masalah klasik, tapi sebetulnya tidak boleh jadi masalah klasik, ya harus kita cari jalan keluarnya, harus kita cari solusinya," tutupnya.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement