“Proporsi ekspor yang besar dari sektor industri pengolahan menunjukkan pergeseran ekspor Indonesia dari komoditas primer ke produk manufaktur yang punya nilai tambah tingg,” kata Menperin.
Sektor industri manufaktur dengan kinerja ekspor yang mendominasi ekspor di bulan Juni 2021 antara lain industri besi dan baja dengan nilai USD1,99 Miliar, diikuti lemak dan minyak hewan/nabati (USD1,89 Miliar), mesin dan perlengkapan elektrik (USD1 Miliar), kendaraan dan bagiannya (USD734,6 Juta), serta karet dan barang dari karet (USD605 Juta).
Semakin membaiknya kinerja ekspor pada paruh pertama 2021 mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD11,86 Miliar. Karenanya, Menperin bertekad untuk terus mempertahankan dan memperkuat potensi ekspor industri pengolahan dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri dari negara-negara kompetitor.
“Dengan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kompeten, hilirisasi di sektor industri perlu terus ditingkatkan untuk menghasilkan produk-produk bernilai tambah tinggi dengan peluang pasar ekspor yang besar,” tegas Menperin.
Ia menyampaikan, strategi peningkatan ekspor dilakukan dengan memperluas pasar, termasuk ke negara-negara tujuan nontradisional, seperti Afrika, Asia Selatan, dan Eropa Timur. Selain itu, kerja sama ekonomi komprehensif serta perjanjian perdagangan bilateral dan regional perlu dioptimalkan meningkatkan akses pasar produk industri nasional.
"Sebagai contoh, dengan Indonesia Australia-Comprehensive Economy Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia dapat meningkatkan ekspor sektor otomotif,” ujar Menperin. (NDA)