sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kinerja Manufaktur RI Ekspansif, Malaysia dan Thailand Terkontraksi

Economics editor Suparjo Ramalan
02/03/2024 05:02 WIB
Aktivitas manufaktur Indonesia terus melanjutkan kinerja yang kuat. PMI Indonesia Februari 2024 berada di zona ekspansif atau level 52,7.
Kinerja Manufaktur RI Ekspansif, Malaysia dan Thailand Terkontraksi. (Foto: MNC Media)
Kinerja Manufaktur RI Ekspansif, Malaysia dan Thailand Terkontraksi. (Foto: MNC Media)

“Pemerintah akan terus melakukan berbagai langkah antisipasi untuk menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga pangan seiring dengan persiapan momen Ramadhan dan Idul Fitri 2024,” paparnya. 

Berdasarkan komponennya, inflasi pangan bergejolak (volatile food) masih dalam tren yang meningkat, mencapai 8,47 persen (yoy) di Februari. Beras sebagai komoditas dengan bobot inflasi terbesar dalam kelompok makanan, mengalami kenaikan harga secara gradual sejak 2023. 

Kenaikan harga ini salah satunya dipengaruhi oleh produksi yang rendah sebagai dampak cuaca yang berpengaruh pada siklus tanam dan panen. Puncak panen diperkirakan baru akan terjadi pada April mendatang. Selain beras, beberapa pangan yang juga mengalami kenaikan harga, antara lain cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan kentang. 

Di sisi lain, inflasi inti yang menjadi komponen terbesar inflasi masih stabil di angka 1,68 persen, sementara inflasi harga diatur pemerintah (administered price) menurun tipis menjadi 1,67 persen dari 1,74 persen pada Januari 2024. Meskipun perlahan menurun, pergerakan inflasi administered price perlu diwaspadai seiring risiko kenaikan tarif transportasi pada bulan depan di masa mudik lebaran.

“Pemerintah terus melakukan langkah mitigasi risiko atas potensi terjadinya gejolak harga pangan, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri. Pemerintah secara konsisten berupaya untuk menjaga ketersediaan pasokan,” beber dia 

Adapun, beberapa kebijakan yang ditempuh sebagai langkah stabilisasi harga beras, antara lain melalui operasi pasar dan pasar murah, dukungan subsidi pupuk, percepatan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP), percepatan impor, dan pembatasan pembelian retail untuk mengantisipasi panic buying. 

“Inflasi volatile food diharapkan dapat kembali menurun hingga di bawah 5 persen untuk mendukung pencapaian sasaran Pemerintah tahun 2024,” pungkasnya.

(FRI)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement