IDXChannel - Inflasi berisiko meningkat lagi menyusul serangan terhadap kapal-kapal yang menggunakan jalur perdagangan penting melalui Laut Merah.
Presiden Queens' College, Cambridge, yang juga merupakan kepala penasihat ekonomi di raksasa jasa keuangan Allianz, Mohamed El-Erian mengatakan meskipun gangguan terhadap pengiriman tidak separah selama pandemi Covid-19, dia memperingatkan hal itu akan mendorong kenaikan harga dan memukul pertumbuhan ekonomi.
Beberapa perusahaan pelayaran telah menghentikan kapal yang menggunakan rute Laut Merah setelah serangan pemberontak Houthi di Yaman.
Pekan lalu, AS dan Inggris melancarkan serangan militer terhadap Houthi.
"Dibandingkan dengan apa yang akan terjadi, kita akan melihat inflasi yang lebih tinggi, tingkat hipotek yang lebih tinggi, dan pertumbuhan yang lebih rendah," kata El-Erian dilansir BBC, Rabu (17/1/2024).
"Namun secara absolut, ini tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang kita alami pada tahun 2021 dan 2022. Guncangan ini tidak akan terlalu besar namun sangat disayangkan," imbuh dia.
Sekitar 12-15% perdagangan global melewati Laut Merah melalui Selat Bab al-Mandab – saluran selebar 20 mil yang memisahkan Eritrea dan Djibouti di sisi Afrika dan Yaman di Semenanjung Arab – dan Terusan Suez.
Pemberontak Houthi yang didukung Iran mulai menyerang kapal komersial dengan rudal dan drone akhir Desember 2023 ,setelah dimulainya perang Israel-Hamas pada Oktober 2023.
Serangan berlanjut pada Senin pekan ini meskipun ada intervensi dari negara-negara Barat, ketika sebuah kapal kargo milik Amerika dihantam oleh sebuah rudal di lepas pantai selatan Yaman, menurut perusahaan keamanan maritim Inggris, Ambrey.
Perusahaan-perusahaan pelayaran besar kini mengubah rute kapal mereka di sekitar Tanjung Harapan di Afrika, yang dapat menambah waktu 12 hari untuk perjalanan kargo antara Singapura dan Eropa utara.
Penundaan ini bisa lebih lama lagi, hingga 18 hari, bagi kapal-kapal yang berlayar antara Singapura ke Mediterania timur, menurut Hapag-Lloyd, raksasa pelayaran tersebut.
Inflasi, yang mengukur laju kenaikan harga, berhasil turun tajam di Inggris dari level tertinggi 11,1% pada Oktober 2022 menjadi 3,9% pada tahun berjalan hingga November 2023.
Namun, perang Rusia dengan Ukraina telah memicu inflasi, khususnya menyebabkan harga minyak dan pangan menjadi lebih tinggi.
S&P Global Market Intelligence mengatakan hampir 15% barang yang diimpor ke Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara dikirim dari Asia dan Teluk melalui laut. Itu termasuk 21,5% minyak sulingan dan lebih dari 13% minyak mentah.
Minyak mentah Brent mencapai USD80 per barel minggu lalu setelah AS dan Inggris mengambil tindakan militer terhadap Houthi di Yaman, dan berhasil turun menjadi USD77,75 pada hari Senin pekan ini.