Untuk produk makanan dan minuman olahan, ekspornya senilai USD1,1 miliar, meningkat 6,7 persen (yoy).
Sementara itu, impor bahan baku dan penolong bagi industri pengolahan nonmigas pada Agustus 2025 mencapai USD11,35 miliar, atau sekitar 74,5 persen dari total impor nasional.
Menurut Agus, data ini menunjukkan bahwa impor masih didominasi bahan baku yang digunakan untuk menjaga keberlanjutan produksi industri domestik.
"Komposisi impor bahan baku yang tinggi adalah indikasi positif, karena sebagian besar impor kita bukan untuk konsumsi akhir, melainkan untuk mendukung keberlangsungan produksi dan ekspor industri dalam negeri,” kata dia.
Menperin menegaskan, pemerintah terus berupaya meningkatkan nilai tambah industri nasional dengan mendorong hilirisasi dan substitusi impor. Kebijakan hilirisasi akan memperluas basis ekspor kita, sementara program substitusi impor akan memperkuat kemandirian bahan baku dalam negeri.
Capaian ekspor tersebut selaras dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis Kementerian Perindustrian. Pada September 2025, IKI tercatat sebesar 53,02 poin, masih berada di zona ekspansi meskipun sedikit melemah dari Agustus 2025 yang mencapai 53,55 poin. Secara tahunan, capaian ini lebih baik dibanding September 2024 (52,48 poin).