“Dalam rangka menanggapi perubahan iklim, para pemimpin dan anggota yang berpartisipasi telah sepakat untuk membentuk struktur pendanaan iklim yang mencerminkan kebutuhan Afrika untuk menanggapi ancaman tersebut. Selain itu, Korea Selatan telah memutuskan untuk memperluas proyek-proyek seperti 'K-Ricebelt' yang dapat membantu memperkuat swasembada pangan Afrika," jelas Yoon Suk Yeol.
Perdagangan dengan negara-negara Afrika saat ini menyumbang kurang dari dua persen dari total impor dan ekspor Korea Selatan.
Afrika memiliki 30 persen cadangan mineral penting di dunia, yang sangat diperlukan dalam transisi energi global, termasuk krom, kobalt, dan mangan.
Kantor Yoon mengatakan bahwa bermitra dengan benua itu sangat penting. Yoon mengatakan Korea Selatan akan meningkatkan bantuan pembangunan untuk Afrika menjadi USD10 miliar dalam enam tahun ke depan.
Mohamed Ould Ghazouani, Presiden Mauritania sekaligus Ketua Uni Afrika mengatakan, “Kami senang melihat keputusan Korea Selatan untuk mendukung bantuan pembangunan hingga USD10 miliar pada tahun 2030, dua kali lipat dari jumlah sebelumnya, dan juga mencadangkan USD14 juta untuk investasi produktif dalam sektor-sektor penting seperti perdagangan, teknologi baru, energi, pangan, keamanan, sumber daya manusia, dan infrastruktur.”
Korea Selatan adalah salah satu pembeli energi terbesar di dunia dan produsen semikonduktor terkemuka serta mobil terbesar kelima di dunia, Hyundai Motor Group, yang mendorong penggunaan mobil bertenaga listrik.