sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

RI–Korsel Kompak Dorong Konsensus G20 hingga Tata Kelola Mineral Kritis Berkelanjutan

Economics editor Nia Deviyana
26/11/2025 22:27 WIB
Indonesia fokus pada isu-isu ketahanan bencana, mobilisasi pendanaan bagi transisi energi yang inklusif, dan tata kelola mineral kritis yang bertanggung jawab.
RI–Korsel Kompak Dorong Konsensus G20 hingga Tata Kelola Mineral Kritis Berkelanjutan. Foto: Kemenko Perekonomian.
RI–Korsel Kompak Dorong Konsensus G20 hingga Tata Kelola Mineral Kritis Berkelanjutan. Foto: Kemenko Perekonomian.

IDXChannel - Indonesia menggelar pertemuan bilateral dengan Sherpa G20 Korea Selatan (Korsel) pada Minggu (16/11/2025) di sela rangkaian Pertemuan Sherpa G20 ke-4. 

Sejalan dengan posisi Indonesia, Korea Selatan memiliki pandangan yang sama untuk menghasilkan konsensus dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Afrika Selatan 2025, di mana ketidakhadiran Amerika Serikat (AS) dalam forum G20 perlu dicerminkan dalam Johannesburg Leaders’ Declaration.

Indonesia berfokus pada isu-isu ketahanan bencana, mobilisasi pendanaan bagi transisi energi yang inklusif, dan tata kelola mineral kritis yang bertanggung jawab.
 
"Pengembangan mineral kritis harus dijalankan secara etis dengan perhatian serius terhadap kelestarian lingkungan dan dampak ekologis jangka panjang," kata Deputi Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi selaku Sherpa G20 Indonesia, dikutip dari siaran pers, Rabu (26/11/2025).

Selain isu substantif, Indonesia juga menyoroti perlunya G20 Leaders’ Declaration yang lebih leader-like, ringkas, dan mencerminkan komitmen yang benar-benar dapat dijalankan agar tujuan utama Presidensi tidak tergerus oleh rumusan yang terlalu longgar. 

Pihak Korea Selatan menyampaikan juga rencana pertemuan kepala negara middle-power MIKTA (Mexico, Indonesia, Korea Selatan, Turkiye, Australia) di sela-sela KTT G20. 

Lebih lanjut, Isu perdamaian dan stabilisasi kawasan menjadi sorotan khusus. Komitmen nyata Indonesia ditunjukkan melalui kesiapan pengerahan 26.000 personel penjaga perdamaian untuk mendukung PBB memandatkan misi International Stabilisation Force.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement