
Buntutnya, Federal Aviation Administration (FAA) AS menghentikan sementara sebagian besar pesawat Boeing 737 MAX-9 setelah insiden Alaska Airlines ini.
Meski demikian, Eropa terhindar dari perintah larangan terbang tersebut, karena EU Aviation Safety Agency (EASA) mengatakan tidak ada maskapai penerbangan di negara anggota EASA yang saat ini mengoperasikan pesawat dengan konfigurasi serupa.
FAA akhirnya mengizinkan pesawat tersebut untuk terbang lagi – tetapi dengan beberapa batasan.
Badan tersebut melarang Boeing memperluas produksi jet MAX-nya atau melakukan produksi tambahan untuk pesawat tersebut hingga masalah kontrol kualitas benar-benar dijamin
“Kejadian seperti ini tidak boleh terjadi pada pesawat yang meninggalkan pabrik kami. Kami harus berbuat lebih baik untuk pelanggan kami dan penumpangnya,” kata Presiden dan CEO Boeing Dave Calhoun pada awal Februari lalu.