"Saya merasa itu adalah kutukan karena menjadi warga negara Myanmar," katanya. "Sepertinya aku hanya membuang-buang waktu di ATM, tapi tidak ada pilihan lain."
Di daerah pedesaan, di mana uang tunai bahkan sangat langka, beberapa petani telah beralih untuk barter, menukar makanan mereka tumbuh untuk jenis makanan lain atau untuk pelayanan seperti perawatan medis, karena negara ini menghadapi lonjakan kasus coronavirus dan ambruknya sistem perawatan kesehatan.
Penduduk kota berjualan online untuk menawarkan benda-benda seperti sepeda motor atau kamera untuk oksigen.
Seorang juru bicara junta, jenderal Zaw Min Tun, menyalahkan krisis keuangan sebagai salah satu faktor penyebab rusaknya aktivitas perdagangan karena penutupan perbatasan akibat pandemi. Mereka mengatakan kekurangan uang akan diselesaikan pada bulan ini. (RAMA)