IDXChannel - Krisis energi yang tengah terjadi di berbagai negara di dunia membuka peluang untuk mempercepat transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT) bagi Indonesia.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, belajar dari pengalaman krisis energi minyak di tahun 1970-an menyebabkan pengembangan energi terbarukan di Amerika Serikat dan Eropa. Sementara krisis energi di tahun 2008 yang menyebabkan harga bahan bakar fosil yang lebih tinggi membuat energi bersih digunakan lebih cepat.
"Melihat dari pengalaman krisis energi yang terjadi di tahun 1970-an sampai sekarang, krisis itu mempercepat transisi. Jadi kita harus melihat krisis ini sebagai kesempatan untuk mengakselerasi energi terbarukan," ujarnya dalam webinar yang bertajuk Energy Crisis in UK and Europe, Senin (11/10/2021).
Fabby melanjutkan, Indonesia harus segera beralih dari sistem energi yang bergantung pada bahan bakar fosil ke sistem berbasis energi terbarukan. Semakin tinggi bergantung pada pasokan energi primer fosil maka semakin tinggi pula tingkat kerentanan dan keamanan risiko pasokan.
"Jadi ini risiko yang bisa kita hindari kalau kita bisa menggunakan lebih banyak energi terbarukan. Kemudian kita juga harus mengakselerasi supaya bisa menghindari krisis bahan bakar fosil seperti yang terjadi saat ini," ungkapnya.