"Harus kita pahami bahwa krisis energi yang terjadi saat ini sebagai krisis fossil fuel, bukan krisis energi terbarukan," tuturnya.
Fabby menambahkan, krisis energi yang terjadi di Uni Eropa dan Inggris disebabkan karena kenaikan harga gas menjelang musim dingin. Banyak negara seperti di Eropa dan Inggris ketika menghadapi musim dingin akan meningkatkan cadangan gas. Namun, karena ada suplai yang terdampak maka harga gas di Eropa naik sangat tinggi.
Sementara krisis energi di China karena kenaikan harga batu bara yang membuat PLTU di China mengurangi konsumsi batu bara.
"Selama dunia masih bergantung pada energi fosil maka volatilitas harga energi fosil akan memengaruhi keamanan pasokan energi kita. Semuanya bergantung pada demand and supply." jelasnya.
(SANDY)