IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian Indonesia bertumbuh sebesar 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III-2023.
Data ini lebih lambat dari konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 5,05 persen. Data terbaru ini juga menunjukkan pertumbuhan terlemah sejak kuartal ketiga 2021.
Tingkat Pertumbuhan Tahunan PDB di Indonesia rata-rata sebesar 4,88 persen dari tahun 2000 hingga 2023, mencapai tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 4,88 persen. tertinggi sepanjang masa sebesar 7,16 persen pada kuartal keempat tahun 2004 dan rekor terendah sebesar -5,32 persen pada kuartal kedua tahun 2020.
Berdasarkan data Trading Economics, tingkat pertumbuhan tahunan PDB di Indonesia diperkirakan sebesar 4,30 persen pada akhir kuartal ini, menurut model makro global Trading Economics dan ekspektasi para analis.
Dalam jangka panjang, tingkat pertumbuhan tahunan PDB RI diproyeksikan akan mengalami tren sekitar 5,20 persen pada 2024 dan 4,70 persen pada 2025, menurut model ekonometrik Trading Economics.
Sebagai informasi, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen (yoy) dan 3,86 persen (qtq) pada kuartal II-2023. Sementara itu, ekonomi Indonesia tumbuh 5,73 persen (yoy) dan 1,83 persen (qtq) pada kuartal III-2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
BPS juga mencatat, angkatan kerja berdasar Sakernas Agustus 2023 sebanyak 147,71 juta orang, naik 3,99 juta pekerja dibanding Agustus 2022. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,85 persen poin dibanding Agustus 2022.
Beban Melemahnya Harga Komoditas
Penurunan harga komoditas global juga andil memberikan pengaruh ke komoditas ekspor unggulan. Antara lain minyak kelapa sawit (CPO), nikel dan batu bara.
“Di tengah tren melambatnya pertumbuhan ekonomi global, terjadinya perubahan iklim, dan menurunnya harga komoditas ekspor Indonesia, resiliensi ekonomi kembali tercermin melalui pertumbuhan ekonomi,” kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).
Nilai ekspor Indonesia September 2023 memang turun 5,63 persen mencapai USD20,76 miliar dibanding ekspor Agustus 2023. Dibanding September 2022 nilai ekspor turun sebesar 16,17 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas September 2023 terhadap Agustus 2023 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewani/nabati sebesar USD601,1 juta atau setara 20,54 persen, sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar USD78,6 juta 3,51 persen.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–September 2023 turun 10,86 persen dibanding periode yang sama tahun 2022. Demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 9,03 persen dan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 19,83 persen.