sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Lifting Migas Mandek, Bahlil: Perlu Kebijakan Tak Lazim

Economics editor Tangguh Yudha
21/05/2025 17:27 WIB
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menegaskan perlu kebijakan tak lazim untuk mendongkrak lifting migas yang mandek.
Lifting Migas Mandek, Bahlil: Perlu Kebijakan Tak Lazim. (Foto: Inews Media Group)
Lifting Migas Mandek, Bahlil: Perlu Kebijakan Tak Lazim. (Foto: Inews Media Group)

Ini lantaran ARR (Average Rate of Return) saat ini sudah ekonomis, rata-rata 13-17 persen sehingga tidak ada alasan lagi mempertanyakan keekonomian proyek.

Bahlil juga mengingatkan wilayah kerja yang sudah diserahkan kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) tapi tidak digarap akan ditarik kembali oleh negara setelah lima tahun, sesuai dengan ketentuan undang-undang. Ini berlaku tanpa pandang bulu. Bahkan menurutnya, BUMN pun akan dikenai tindakan serupa jika tidak produktif.

"Di samping itu kami juga laporkan bahwa dalam rangka optimalisasi peningkatan lifting, kita tidak bisa lagi pakai cara-cara dulu. Kata Pak Purnomo, enggak bisa lagi kita pakai cara-cara dulu. Harus ada teknologi. EOR (Enhanced Oil Recovery) adalah salah satu alternatif teknologi dan sistem pengeboran yang tadinya vertikal sekarang horizontal," tambahnya.

Tak hanya fokus pada produksi, Bahlil juga menyoroti potensi besar Indonesia dalam pengembangan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan penyimpanan karbon terbesar di dunia, terutama di Asia Pasifik.

"Kita di Indonesia kebetulan Allah memberikan hadiah kita bahwa kita salah satu negara di dunia yang mempunyai cadangan storage carbon capture yang salah satu terbesar di dunia. Untuk di Asia Pasifik Pak, kita paling terbesar. Nah ini sudah dimanfaatkan oleh BP sama Exxon. Aturannya sudah kita buat, PP-nya sudah, Permen-nya pun sudah," kata Bahlil.

(Febrina Ratna Iskana)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement