sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Lima Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed buat Ekonomi

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
22/09/2022 13:25 WIB
Dari pengangguran meningkat sampai harga property melambung, dampak The Fed yang terus menaikkan suku bunga.
Lima Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed buat Ekonomi. (Foto: MNC Media)
Lima Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed buat Ekonomi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - The Federal Reserve (The Fed) secara resmi telah menaikkan suku bunga acuannya pada Rabu malam menuju 75 basis poin. Ini kenaikan ketiga berturut-turut selama tahun 2022 dalam upaya menurunkan inflasi di Amerika Serikat (AS).

The Fed berdalih, kebijakan ini untuk mendorong bisnis, membatasi konsumsi rumah tangga dan mengurangi permintaan barang, jasa, dan tenaga kerja, guna mengurangi tekanan kenaikan harga.

Tapi proses ini tidak akan berjalan mulus. Sengatan inflasi selama berbulan-bulan telah menyusahkan banyak masyarakat AS terutama dalam membeli barang-barang seperti rumah atau mobil. Tak hanya itu, mengutip Reuters, berikut dampak kenaikan suku bunga The Fed bagi perekonomian AS.

  1. Pengangguran Meningkat, Inflasi Masih Tinggi

Ketua The Fed, Jerome Powell sempat mengatakan akan ada harga yang harus dibayar jika suku bunga dibiarkan naik, termasuk meningkatnya pengangguran. The Fed memproyeksikan pengangguran naik 4,4 persen di akhir tahun.

Di awal bulan ini, Gubernur The Fed, Chris Waller juga sempat memperingatkan tingkat pengangguran akan meningkat menjadi 5% sebelum pembuat kebijakan mulai mempertimbangkan perubahan strategi. Ini berarti lebih dari 2 juta orang akan kehilangan pekerjaan dibarengi dengan ekonomi yang berada dalam resesi.

Dalam sejarah tiga resesi sebelumnya, tingkat pengangguran mencapai puncaknya pada 2020 yang mencapai 14,7%, 9,5% di tahun 2009 dan 5,5% pada resesi di tahun 2001. (Lihat tabel di bawah ini.)

Sumber: Reuters

Bedanya, tidak satu pun dari resesi itu yang dibarengi dengan inflasi yang tinggi seperti hari ini. Kondisi ini dapat membuat kondisi ekonomi yang akan datang lebih menyakitkan.

  1. Upah Stagnan, Lapangan Pekerjaan Semakin Sedikit

Pertumbuhan upah tahunan sebesar 5,2% pada bulan Agustus lalu ternyata menjadi indikator yang kurang menggembirakan bagi The Fed. Pembuat kebijakan memandang laju pertumbuhan upah terlalu kuat yang tidak sejalan dengan langkah The Fed mengembalikan inflasi ke angka 2%. Ketika kenaikan upah yang terlalu besar dibiarkan, The Fed melihat semakin tinggi kemungkinan inflasi. Untuk itu perlu kebijakan ketat untuk menguranginya.

Salah satu alasan kenaikan upah begitu kuat adalah permintaan pasar tenaga kerja yang juga bertumbuh seperti kondisi pra-pandemi. Pembuat kebijakan Fed berharap kenaikan suku bunga dapat mendorong para pelaku bisnis menanggapi memangkas perekrutan karyawan dibanding harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Lebih sedikit lowongan pekerjaan diharapkan sejalan dengan pertumbuhan upah yang lebih lambat. Sehingga lebih banyak pekerja memperhitungkan penggunaan gaji mereka.

The Fed menargetkan inflasi turun menjadi 2,8% pada akhir tahun depan, berdasarkan hasil proyeksi pada Rabu (21/09).

  1. Jumlah Tabungan Naik, tapi Bunga Pinjaman Juga Meroket

Para pemilik rekening optimis melihat peningkatan bunga simpanan mereka, terutama di lembaga online. Tetapi secara umum, bank akan merespons lambat kenaikan suku bunga kepada penabung dan biasanya akan mengatur bunga jauh di bawah tingkat kebijakan bank sentral.

Perusahaan pembiayaan juga akan menaikkan suku bunga mereka pada sebagian besar pinjaman konsumsi. Suku bunga akan dipatok lebih tinggi dari rekomendasi The Fed.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement