sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Luhut Bakal Stop Ekspor LNG, Intip Potensi Cadangannya di RI

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
31/05/2023 14:55 WIB
Satu lagi upaya pemerintah dalam menyetop ekspor komoditas sumber daya alam RI.
Luhut Bakal Stop Ekspor LNG, Intip Potensi Cadangannya di RI. (Foto: MNC Media)
Luhut Bakal Stop Ekspor LNG, Intip Potensi Cadangannya di RI. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Satu lagi upaya pemerintah dalam menyetop ekspor komoditas sumber daya alam RI. Setelah sebelumnya wacana nikel dan beberapa komunitas tambang akan semakin dibatasi peredarannya di pasar internasional, kini giliran liquefied natural gas (LNG).

Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Pandjaitan.

Ia berharap penyetopan ekspor LNG atau gas alam terealisasi tahun 2025 atau 2026. Ia berdalih, penghentian ekspor tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Luhut mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan laporan rencana ini untuk diberikan ke presiden Joko Widodo (Jokowi) secara langsung.

"Bertahun-tahun kita ekspor LNG, padahal ternyata sekarang kita butuh. Akhirnya studi, kita putuskan tidak mau (ekspor) lagi. Sudah kita siapkan laporan ke presiden soal penghentian ekspor LNG," kata Luhut pada Selasa (30/5/2023).

Pemerintah membuka opsi menyetop ekspor LNG karena saat ini kebutuhan gas di dalam negeri mulai bertambah, apalagi dengan gaung hilirisasi yang dijalankan pemerintah. Menurutnya industri di dalam negeri butuh pasokan gas besar.

Keputusan ini juga mendukung penggunaan gas alam yang selama ini diekspor untuk menstabilkan harga gas untuk industri di harga USD6 per MMBTU.

Nantinya, LNG akan digunakan untuk kebutuhan industri dalam negeri.

"Kita buat proses dalam negeri karena kebutuhan dalam negeri tinggi. Misal buat metanol, atau untuk petrochemical itu di situ. Sekarang petrochemical kita masih impor banyak sekarang kita mau bikin di Kaltara," tegas Luhut.

Mengintip Cadangan LNG RI

Indonesia memiliki potensi gas alam yang cukup besar. Meski demikian, potensi ini belum dieksplorasi dan diproduksi secara komersil.

Mengutip data Indonesia Petroleum Association (IPA) 2022, wilayah terluar Indonesia menyimpan cadangan migas cukup jumbo mencapai 26.200 juta barel setara minyak (MMBOE), dengan cadangan gas secara spesifik sebesar 21.500 BCF.

Adapun menurut data IPA, blok migas dengan cadangan gas terbesar dimiliki oleh blok Masela yang masih kisruh terkait pengelolaan antara pemerintah Indonesia dengan Shell. Selain Shell, Inpex juga menjadi perusahaan pemegang hak partisipasi di blok tersebut. (Lihat grafik di bawah ini.)

Adapun SKK Migas menargetkan produksi LNG pada 2023 sebesar 206 kargo. Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi LNG sepanjang 2022 lalu sebesar 196 kargo.

Produksi tersebut ditargetkan berasal dari Kilang LNG Tangguh sebanyak 124-126 kargo dan sisanya berasal dari Kilang LNG Bontang yakni 80-81 kargo.

Sebagai informasi, Indonesia memiliki tiga kilang LNG utama yang telah berproduksi. Di antranya kilang pola hulu di Bontang milik PT Badak LNG, Kalimantan Timur, kilang Tangguh milik British Petroleum (BP) di Papua Barat dan kilang pola hilir berada di Donggi Senoro, Sulawesi Tengah milik PT Donggi-Senoro LNG.

Ketiga kilang tersebut masing-masing memiliki kapasitas produksi 8,5 juta metrik ton, 8,2 juta metrik ton, dan 2,3 juta metrik ton LNG.

Harga LNG Dunia Sedang Anjlok

Di tengah upaya pemerintah untuk menyetop ekspor LNG, harga energi jenis ini terpantau mengalami kelesuan dalam beberapa waktu terakhir.

Di Eropa, sebagai salah satu kawasan konsumen utama gas alam, harga gas alam menunjukkan tren penurunan dalam beberapa waktu terakhir pasca benua Biru tersebut mengalami krisis energi pada 2022 lalu.

Dilaporkan Bloomberg, harga gas alam Eropa turun pada perdagangan Jumat (26/5/2023) menandai kerugian mingguan terpanjang sejak 2007. Lemahnya permintaan disebut menjadi biang kerok saat ekonomi benua Biru menunjukkan sedikit tanda pemulihan yang berarti.

Berdasarkan data Trading Economics, gas alam berjangka di Eropa memperpanjang kerugian mendekati €26 per megawatt jam, level terendah baru sejak Juni 2021.

Kondisi ini membawa penurunan tahun ini menjadi 66%, di tengah pasokan LNG yang melimpah, pengurangan konsumsi, kondisi cuaca ringan, pembangkit listrik terbarukan yang lebih kuat dan melemahnya permintaan dari Asia.

Adapun di pasar Amerika,  menurut data EIA, harga gas alam untuk pasar spot Henry Hub turun 1 sen dari USD2,25 per juta British thermal unit (MMBTU) Rabu lalu menjadi USD2,24/MMBtu pada Selasa (31/5/2023). (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Di pasar Asia, berdasarkan data Institute for Energy Economics And Financial Analysis (IEEFA), permintaan Asia untuk LNG terus turun pada kuartal pertama 2023.

Jika dibandingkan tahun lalu, penurunan ini lebih rendah meskipun harga global juga mengalami penurunan dan akibat permintaan gas terus menurun di Eropa.

Penurunan impor LNG di pasar utama Asia seperti Jepang, China, dan Asia Selatan melebihi peningkatan permintaan di Korea Selatan, Taiwan, Thailand, dan Singapura, menurut data dari IHS Markit dan Bloomberg New Energy Finance (BNEF).

Permintaan LNG secara tahunan Asia turun 7% sepanjang 2022. Adapun permintaan LNG di dua pasar terbesar, yakni Jepang dan China, bahkan turun dari level baseline yang lebih rendah pada 2022.

Melihat tren ini, sepertinya keputusan domestifikasi LNG untuk kebutuhan dalam negeri menjadi salah satu pilihan terbaik saat ini. Namun, kisruh blok Masela antara pemerintah dan Shell menjadi pekerjaan rumah (PR) tambahan bagi pemerintah untuk menggenjot produksi LNG nasional. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement