IDXChannel - Satu lagi upaya pemerintah dalam menyetop ekspor komoditas sumber daya alam RI. Setelah sebelumnya wacana nikel dan beberapa komunitas tambang akan semakin dibatasi peredarannya di pasar internasional, kini giliran liquefied natural gas (LNG).
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Pandjaitan.
Ia berharap penyetopan ekspor LNG atau gas alam terealisasi tahun 2025 atau 2026. Ia berdalih, penghentian ekspor tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Luhut mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan laporan rencana ini untuk diberikan ke presiden Joko Widodo (Jokowi) secara langsung.
"Bertahun-tahun kita ekspor LNG, padahal ternyata sekarang kita butuh. Akhirnya studi, kita putuskan tidak mau (ekspor) lagi. Sudah kita siapkan laporan ke presiden soal penghentian ekspor LNG," kata Luhut pada Selasa (30/5/2023).
Pemerintah membuka opsi menyetop ekspor LNG karena saat ini kebutuhan gas di dalam negeri mulai bertambah, apalagi dengan gaung hilirisasi yang dijalankan pemerintah. Menurutnya industri di dalam negeri butuh pasokan gas besar.
Keputusan ini juga mendukung penggunaan gas alam yang selama ini diekspor untuk menstabilkan harga gas untuk industri di harga USD6 per MMBTU.
Nantinya, LNG akan digunakan untuk kebutuhan industri dalam negeri.
"Kita buat proses dalam negeri karena kebutuhan dalam negeri tinggi. Misal buat metanol, atau untuk petrochemical itu di situ. Sekarang petrochemical kita masih impor banyak sekarang kita mau bikin di Kaltara," tegas Luhut.
Mengintip Cadangan LNG RI
Indonesia memiliki potensi gas alam yang cukup besar. Meski demikian, potensi ini belum dieksplorasi dan diproduksi secara komersil.
Mengutip data Indonesia Petroleum Association (IPA) 2022, wilayah terluar Indonesia menyimpan cadangan migas cukup jumbo mencapai 26.200 juta barel setara minyak (MMBOE), dengan cadangan gas secara spesifik sebesar 21.500 BCF.
Adapun menurut data IPA, blok migas dengan cadangan gas terbesar dimiliki oleh blok Masela yang masih kisruh terkait pengelolaan antara pemerintah Indonesia dengan Shell. Selain Shell, Inpex juga menjadi perusahaan pemegang hak partisipasi di blok tersebut. (Lihat grafik di bawah ini.)
Adapun SKK Migas menargetkan produksi LNG pada 2023 sebesar 206 kargo. Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi LNG sepanjang 2022 lalu sebesar 196 kargo.
Produksi tersebut ditargetkan berasal dari Kilang LNG Tangguh sebanyak 124-126 kargo dan sisanya berasal dari Kilang LNG Bontang yakni 80-81 kargo.
Sebagai informasi, Indonesia memiliki tiga kilang LNG utama yang telah berproduksi. Di antranya kilang pola hulu di Bontang milik PT Badak LNG, Kalimantan Timur, kilang Tangguh milik British Petroleum (BP) di Papua Barat dan kilang pola hilir berada di Donggi Senoro, Sulawesi Tengah milik PT Donggi-Senoro LNG.
Ketiga kilang tersebut masing-masing memiliki kapasitas produksi 8,5 juta metrik ton, 8,2 juta metrik ton, dan 2,3 juta metrik ton LNG.
Harga LNG Dunia Sedang Anjlok
Di tengah upaya pemerintah untuk menyetop ekspor LNG, harga energi jenis ini terpantau mengalami kelesuan dalam beberapa waktu terakhir.
Di Eropa, sebagai salah satu kawasan konsumen utama gas alam, harga gas alam menunjukkan tren penurunan dalam beberapa waktu terakhir pasca benua Biru tersebut mengalami krisis energi pada 2022 lalu.
Dilaporkan Bloomberg, harga gas alam Eropa turun pada perdagangan Jumat (26/5/2023) menandai kerugian mingguan terpanjang sejak 2007. Lemahnya permintaan disebut menjadi biang kerok saat ekonomi benua Biru menunjukkan sedikit tanda pemulihan yang berarti.
Berdasarkan data Trading Economics, gas alam berjangka di Eropa memperpanjang kerugian mendekati €26 per megawatt jam, level terendah baru sejak Juni 2021.