"Gini, saya enggak mau kasih uang ke sana, nanti uangnya dibelikan bond lagi, buat apa? Mending saya kurangin, buat saya," kata dia.
Purbaya membandingkan situasi ini dengan Danantara yang sebagian besar dananya juga ditempatkan di obligasi. Meskipun Danantara berjanji akan menyalurkan dana ke sektor riil pada waktunya, INA juga harus membuktikan keahliannya di sektor investasi, mengingat statusnya sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF).
"Tapi yang penting INA juga akan kita lihat, betul seperti itu? Kan INA kan harusnya mengundang investor asing. Itu kan sovereign wealth fund, bukan domestik aja. Kita menaruh lho, 70 triliun di situ, saya lupa. Kayaknya segitu deh," ujarnya.
Sebelumnya, Luhut menyoroti potensi besar INA sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) untuk menarik investasi asing. Luhut mengusulkan agar pemerintah menyuntikkan dana Rp50 triliun per tahun ke INA yang diharapkan dapat berkembang menjadi Rp1.000 triliun dalam lima tahun.
(DESI ANGRIANI)