"Tunnel 2 memang salah satu titik tersulit. Lokasinya berada di area clay shale yang karakteristik tanahnya mudah lapuk apabila terekspos saat penggalian berlangsung. Untuk itu, diperlukan kehati-hatian dalam pengerjaannya dan tidak bisa dilakukan
secara terburu-buru," terang Dwiyana.
Dalam penanganan tunnel 2, lanjut Dwiyana, terjadi transfer teknologi antara tenaga ahli tunnel dan grouting dari Tiongkok dengan tenaga ahli lokal dalam hal ini dari ITB. Mengingat seluruh tenaga ahli baik dari Tiongkok ataupun Indonesia berkolaborasi untuk menangani tantangan geografis di tunnel 2.
Melalui kolaborasi ini, diharapkan juga terjadi transfer knowledge dalam bidang konstruksi terowongan sekaligus untuk dalam mengatasi kendala dalam proses konstruksi di tunnel 2.
"Para ahli dari Tiongkok dan ITB tersebut akan dimaksimalkan untuk transfer knowledge kepada seluruh pekerja KCJB di titik konstruksi tersebut," jelasnya.
Lebih lanjut Dwiyana menyebutkan bahwa tenaga ahli berpengalaman tersebut didatangkan untuk membantu bagian permukaan terowongan karena sangat menguasai metode grouting yang selama ini dipakai untuk mengerjakan beberapa proyek terowongan KCJB.
"Kami akui bahwa dalam pengerjaan tunnel 2 yang berada di area clay shale membutuhkan penanganan khusus. Dikarenakan pengerjaan tunnel 2 KCJB
menggunakan metode grouting, kami mengumpulkan para ahli tunnel yang menguasai grouting dari Tiongkok dan dari ITB untuk membantu memperkuat surface tunnel atau permukaan terowongan," katanya.
Menurutnya, berkat kolaborasi yang terjadi, tantangan geografis di tunnel 2 bisa diatasi. Saat ini, proses pengerjaan berangsur membaik dan pengerjaan bisa mencapai 1,2 meter hingga 3 meter per hari.
"Kami berupaya optimal agar pembangunan Tunnel 2 ini berjalan lancar, memiliki kualitas baik, ama, serta dapat selesai sesuai dengan target yang direncanakan," tegasnya.
Dalam laporannya, hingga Desember 2021, pengerjaan tunnel sepanjang 1.052 meter ini sudah mencapai 67 persen. Dengan sisa pengerjaan yang masih ada, transfer knowledge dari keterlibatan para ahli tunnel tersebut diharapkan dapat membantu upaya percepatan pembangunan KCJB yang progres konstruksi keseluruhannya sudah mencapai 79 persen serta membantu keterselesaian tunnel 2 sesuai dengan standar konstruksi kereta cepat.
"Dengan transfer knowledge dari keterlibatan para ahli tadi, diharapkan dapat membantu upaya percepatan pembangunan KCJB dengan standar konstruksi kereta cepat," kata dia.
Transfer knowledge dalam proyek KCJB, tambah Dwiyana, memang suatu hal yang dibutuhkan. Tak hanya untuk mengatasi kendala di tunnel 2, transfer knowledge juga sudah dilakukan di banyak bagian dalam proyek KCJB dan sangat penting untuk kebutuhan proyek KCJB dan kemajuan konstruksi di Indonesia di masa depan.
(IND)