sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Masih Resilien, Ekonomi RI 2026 Diproyeksi di Kisaran 4,9-5,1 Persen

Economics editor Nia Deviyana
26/11/2025 22:18 WIB
Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 berada di kisaran 4,9 persen hingga 5,1 persen.
Masih Resilien, Ekonomi RI 2026 Diproyeksi di Kisaran 4,9-5,1 Persen. Foto: iNews Media Group.
Masih Resilien, Ekonomi RI 2026 Diproyeksi di Kisaran 4,9-5,1 Persen. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 berada di kisaran 4,9 persen hingga 5,1 persen. Proyeksi ini memberikan gambaran bahwa perekonomian Indonesia tahun depan tidak akan mengalami akselerasi pertumbuhan meski relatif resilien.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, menyebutkan belum adanya sinyal optimistis pada 2026. Kondisinya bahkan mungkin lebih buruk dibandingkan 2025. 

“Net ekspor akan turun, tetapi akan ada kenaikan marginal di spending pemerintah, konsumsi rumah tangga, dan investasi. Tapi, karena kenaikannya marginal, ini kemungkinan tidak bisa mengompensasi menyempitnya net ekspor,” ujar Faisal melalui keterangan tertulis, Rabu (26/11/2025).

Kondisi itu tampak dari indikator utama, seperti konsumsi rumah tangga dan investasi yang diperkirakan tidak lebih baik dari 2025. Dari sisi konsumsi, misalnya, pertumbuhan kredit konsumsi terus melemah sepanjang Februari hingga Oktober 2025. 

Pada Februari pertumbuhan kredit konsumsi tumbuh 10,2 persen, sementara pada Oktober melemah di level 6,9 persen secara tahunan. 

"Beberapa indikator konsumsi kelas menengah juga belum menunjukkan pemulihan, seperti terkontraksinya penjualan rumah sedang dan besar, masing-masing minus 12 persen dan minus 23 persen pada triwulan III-2025," ujarnya.

Dari sisi investasi, masuknya modal asing diperkirakan merosot pada 2025, dan berpotensi berlanjut pada 2026 jika tidak ada perubahan kebijakan yang mampu memulihkan kepercayaan investor. Sepanjang triwulan I hingga III 2025, pertumbuhan investasi asing merosot 1 persen, sementara investasi domestik meningkat 30 persen.

Meski demikian, ekonom senior Hendri Saparini menilai Indonesia tetap bisa tumbuh jika pemerintah mendorong industrialisasi yang inklusif sebagai basis untukmenciptakan lompatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini sekaligus menjadi solusi atas kondisi Indonesia yang sudah terlalu lama terjebak dalam stagnasi pertumbuhan di level 5 persen. 

"PR kita adalah, bahwa Indonesia tumbuh terlalu rendah dalam jangka lama, dan bahkan pertumbuhannya itu cenderung melambat,” kata dia.

Dia menambahkan, berkaca dari negara lain, lompatan ekonomi itu terjadi jika perekonomian didominasi oleh aktivitas di industri manufaktur. Maka itu, dia menekankan bahwa industrialisasi adalah kunci jika Indonesia ingin mencapai lompatan pertumbuhan.

“Kalau kita lihat lesson-learned dari banyak negara, ternyata negara yang bisa melakukan lompatan ekonomi seperti Korea Selatan mereka bisa menjaga share industri manufaktur terhadap PDB di level yang sangat tinggi,” ujarnya.


(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement