Namun demikian, pada triwulan IV 2022, harga properti residensial primer diprakirakan mulai meningkat secara terbatas sebesar 1,65% (yoy).
Dari sisi penjualan, pertumbuhan penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2022 tetap kuat.
Hal ini terindikasi dari penjualan properti residensial yang tumbuh sebesar 13,58% (yoy) pada triwulan III 2022, meski lebih rendah dari 15,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Hasil survei BI juga menunjukkan bahwa pembiayaan non-perbankan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk pembangunan properti residensial. Pada triwulan III 2022, sebesar 73,20% dari total kebutuhan modal pembangunan proyek perumahan berasal dari dana internal.
Sementara itu, dari sisi konsumen, pembiayaan perbankan dengan fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam pembelian properti residensial dengan pangsa sebesar 74,53% dari total pembiayaan.
Kondisi ini menunjukkan perbedaan dengan yang terjadi di AS, bahwa sektor properti di RI yang bisa dibilang belum memasuki fase bubble.
Di AS, pada paruh kedua 2022, negeri Paman Sam dilanda penurunan harga rumah. Namun, harga tetap naik secara tahunan (yoy) seiring sempat adanya tren kenaikan di paruh pertama tahun ini.
Mengutip Forbes, penurunan harga, sebagian, didorong oleh tingkat hipotek atau KPR yang lebih tinggi yang memukul konsumsi perumahan.
Kondisi ini membuat keterjangkauan untuk membeli rumah lebih rendah. Singkatnya, biaya hipotek yang lebih tinggi telah mengurangi minat orang untuk membeli rumah. (ADF)