"Perekonomian nasional pada tahun 2024 nanti akan ditopang oleh tambahan konsumsi dari belanja pemerintah melalui kegiatan pilpres, pemilu legislatif, baik pusat maupun daerah, serta pilkada," kata dia.
Dengan total 330.000 bakal calon legislatif (caleg) serta pengeluaran untuk kegiatan capres dan pilkada, estimasi pengeluaran mencapai Rp 258 triliun atau sekitar 4,2 persen dari total konsumsi rumah tangga.
Meskipun proporsi ini tergolong kecil, Saparini menegaskan bahwa dampaknya terhadap perekonomian akan signifikan.
"Meskipun hanya 4,2 persen dari total konsumsi rumah tangga, tetapi ini akan menggerakkan ekonomi," tambahnya.
- Bank Permata
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga mengutarakan gelaran pesta demokrasi di Indonesia membawa pengaruh yang beragam terhadap ekonomi.
Berdasarkan kajiannya, kondisi IHSG dan rupiah cenderung mengalami pelemahan sesaat pada pemilu tahun 2004 dan 2009. Sedangkan dampak pemilu pada tahun 2009 tidak cukup mumpuni untuk dijadikan rujukan karena cenderung bias akibat terjadinya perang dagang global pada masa itu.
Kendati mengalami pelemahan temporer, ekonomi domestik akan kembali stabil setelah hasil pemilu keluar.
Pemilu setidaknya membawa dua pengaruh dominan terhadap indikator makro lanjut Josua.
Di satu sisi, kegiatan pemilu akan bisa mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, khususnya LNPRT. Dia juga mengatakan sektor makanan minuman, logistik, transportasi, pakaian, dan jasa-jasa pendukung pemilu akan membawa efek pengganda besar.
Ia juga mengamini potensi perputaran uang pemilu, dapat berdampak terhadap konsumsi sebesar 0,1-0,3 persen poin ke PDB.
Di sisi lain, ada kecenderungan dalam 4 pemilu terakhir investasi asing atau PMA (Penanaman Modal Asing) mengalami perlambatan. Namun, akan rebound kembali saat hasil pemilu sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar dan ekonomi.
Dia juga menambahkan, mencermati tingkat kepuasan masyarakat yang cukup tinggi terhadap kinerja petahana, maka besar kemungkinan pemerintahan selanjutnya akan meneruskan kebijakan yang sudah ada.
Dengan begitu, sekalipun investasi asing melemah, optimisme tetap ada, ditambah lagi dengan adanya potensi kenaikan sovereign credit rating Indonesia di tahun mendatang. Karena itu pelaku usaha dan investor domestik perlu terus didorong kontribusinya.
“Yang menarik justru investasi domestik atau PMDN (penanaman modal dalam negeri) menunjukkan tren tetap positif,” ujar Josua. (ADF)