Perasaan takut ketinggalan tren (FOMO) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan belanja Gen Z.
Dorongan untuk selalu mengikuti tren, yang sering kali dipicu oleh paparan media sosial secara terus-menerus dan kemudian mengarahkan keputusan berbelanja Gen Z.
Bagi generasi ini, penting untuk menjadi yang terdepan dalam tren. Karena kebutuhan dasar bukanlah pendorong berbelanja, Gen Z cenderung berbelanja secara impulsif.
Jika ada sesuatu yang mereka sukai, dan sedang tren, mereka akan membelinya saat itu juga, tanpa banyak pertimbangan lebih lanjut.
Di tengah percepatan pemulihan ekonomi, Indonesia kini berada dalam kondisi menikmati masa bonus demografi. Menurut Bloom & Williamson (1998) dan Mason (2001), bonus demografi merupakan pemegang kunci pertumbuhan ekonomi serta sebagai kontributor penting dalam kemajuan perekonomian regional.
Secara spesifik di Indonesia, Adriani & Yustini (2021) menyatakan bahwa bonus demografi sebagai motor pertumbuhan ekonomi di Indonesia, perlu didukung dengan penciptaan human capital melalui tenaga kerja muda yang berkeahlian.
Sementara International Labour Organization (ILO) menyatakan penduduk muda sebagai motor penggerak pemulihan ekonomi, justru menjadi salah satu kelompok yang terdampak kuat oleh krisis seperti era pandemi Covid-19 dan memerlukan solusi tersendiri dalam pemulihan dampak perekonomian, khususnya terkait dengan ketenagakerjaan.
Padahal, dalam memulihkan perekonomian, diperlukan adanya inklusivitas agar pemulihan ekonomi dapat dirasakan oleh semua pihak yang terdampak oleh adanya pandemi, termasuk para pemuda.
Menurut LPEM UI, Indonesia mempunyai cita-cita untuk menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045 dan hal ini memerlukan pertumbuhan ekonomi yang jauh melampaui tingkat saat ini.
Namun jika Gen Z terus terjebak dalam lingkaran pengangguran, cita-cita ini bakal sulit terwujud. (ADF)