sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menelisik Masalah Gen Z, Cari Kerja Susah hingga Terjerat Pinjol

Economics editor Maulina Ulfa
07/06/2024 11:56 WIB
Generasi Z atau yang sering dikenal sebagai Gen Z menanggung stigma berat di masyarakat.
Menelisik Masalah Gen Z, Cari Kerja Susah hingga Terjerat Pinjol. (Foto: Freepik)
Menelisik Masalah Gen Z, Cari Kerja Susah hingga Terjerat Pinjol. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Generasi Z atau yang sering dikenal sebagai Gen Z menanggung stigma berat di masyarakat. Terutama sejumlah mitos seperti mental yang lebih rentan, generasi tech savy alias melek teknologi, hingga stigma malas bekerja dan etos kerja yang rendah.

Gen Z sendiri merupakan generasi yang lahir pada era 1996-2012. Generasi ini cenderung lebih cepat beradaptasi dengan teknologi, dibanding generasi-generasi sebelumnya.

Biasanya Gen Z lebih suka berkomunikasi melalui media sosial, seperti Instagram, Twitter (atau saat ini X), WhatsApp, dan aplikasi sosial media lainnya.

Kondisi hari ini membuat Gen Z hidup dalam stigma sosial yang cenderung negatif, di samping kenyataan bahwa generasi ini menempati komposisi terbesar dalam demogrfaik penduduk di Indonesia.

Gen Z Sulit Cari Kerja

Data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru menyebut terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) yang mencerminkan angkatan Gen Z menjadi penduduk dengan kategori tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET) per Agustus 2023.

Dari angka hampir 10 juta tersebut, 5,73 juta orang merupakan perempuan muda sedangkan 4,17 juta orang tergolong laki-laki muda.

Sementara struktur penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk 2020, didominasi oleh penduduk usia muda, dengan komposisi Gen Z sebesar 27,94 persen dari total 270,2 juta populasi di Tanah Air. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sementara milenial sebanyak 25,87 persen dari total populasi. Ini menunjukkan persoalan pengangguran kelompok usia ini menjadi persoalan serius.

Menurut catatan BPS, jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Februari 2024 sebanyak 149,38 juta orang, naik 2,76 juta orang dibanding Februari 2023.

Melansir Kompas, proporsi pencari kerja generasi Z dengan latar belakang pendidikan tertinggi SMP tersebut bahkan lebih besar ketimbang gen Z pencari kerja dari lulusan perguruan tinggi (12,1 persen).

Hanya gen Z lulusan SMA dan SMK yang jumlahnya lebih besar, yakni 72,5 persen dari total pengangguran pencari kerja berusia gen Z.

Generasi Z lulusan SD dan SMP ini menyumbang angkatan kerja Indonesia yang memang masih didominasi oleh lulusan sekolah menengah pertama ke bawah, yakni 55,4 persen pada tahun 2022.

Artinya, ada 79,6 juta orang berpendidikan paling tinggi SMP dari total angkatan kerja 143,7 juta orang.

Kondisi semakin sulit untuk Gen Z mendapatkan kerja juga tercermin dari hasil survei Bank Indonesia (BI) yang juga menunjukkan bahwa ekspektasi atas ketersediaan lapangan kerja dalam waktu 6 bulan mengalami penurunan di awal 2024 lalu.

Dalam survei Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan kerja BI keyakinan masyarakat untuk dapat kerja dalam 6 bulan di 2024 turun menjadi 129,9 di Desember 2023 dari 131,4 pada November 2023.

“Konsumen juga memperkirakan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang mengalami penurunan,” tulis BI dalam laporannya, pada 9 Januari 2024.

Terjebak Pinjol dan Impulsif Belanja

Dua persoalan Gen Z yang berhasil dipotret saat ini adalah terjebak pinjaman online (pinjol) dan impulsif berbelanja di tengah seretnya generasi ini memperoleh pekerjaan.

Ini terpotret dari data statistik fintech Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, pertumbuhan rekening peminjam online (pinjol) dengan usia peminjam di bawah 19 tahun meroket pasca Pandemi Covid-19.

Angkanya bahkan mencapai lebih dari lebih dari 20.000 rekening di banding sebelumnya hanya 67.744 rekening pada Januari 2021 menjadi 90.668 rekening pada Maret 2024.

Seiring meroketnya jumlah rekening, volume pinjaman juga melesat dari kategori peminjam berusia 19 tahun ke bawah.

Pada periode waktu yang sama, volume pinjaman naik lebih dari 4 kali lipat kali, dari Rp47,44 miliar menjadi Rp211,43 miliar.

Pertumbuhan pinjol juga terjadi di kelompok peminjam berusia 19 - 34 tahun, dengan volume pinjaman meroket dari Rp7,75 triliun menjadi Rp28,80 triliun untuk periode yang sama. sementara jumlah rekening pada akhir Maret 2024 untuk kelompok ini mencapai 9,18 juta.

Selain itu, riset Populix dalam Digital Economic and Financial Outlook 2024 memotret perilaku impulsif Gen Z. Generasi Z yang mayoritas lajang sangat dipengaruhi oleh tren di lingkungan sekitar mereka.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement